Selandia Baru Resmi Masuk ke Jurang Resesi Terburuk Sejak 1987
Angka kematian akibat COVID-19 di Selandia Baru hanya 25
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Selandia Baru resmi memasuki resesi ekonomi terburuk sejak 1987. Berdasarkan data yang dikutip dari stasiun berita BBC, Kamis (17/9/2020), pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 menyusut hingga minus 12 persen.
Resesi terjadi usai pemerintah Selandia Baru memberlakukan lockdown dan pembatasan pergerakan manusia yang ketat, untuk mencegah pandemik COVID-19. Kebijakan tegas itu lantaran Selandia Baru berhasil menekan penyebaran COVID-19.
Dikutip dari laman World O Meter hari ini, ada 1.809 orang di Selandia Baru yang sudah terpapar virus Sars-CoV-2 itu. Sementara, angka kematian di sana mencapai 25 orang. Angka tersebut tergolong sangat rendah untuk negara dengan lima juta penduduk.
Sementara, menurut Menteri Keuangan Selandia Baru Grant Robertson, angka pertumbuhan yang menyusut sesungguhnya lebih baik dibandingkan prediksi sebelumnya. Hal tersebut juga mengindikasikan adanya ekonomi Selandia Baru segera pulih pada masa mendatang dan lebih cepat.
"Terdampak begitu keras berarti kita bisa kembali lebih cepat dan kuat," kata dia.
Apa rencana Perdana Menteri Jacinda Ardern untuk memulihkan kembali perekonomian Selandia Baru?
Baca Juga: Ada 36 Kasus COVID-19 di Selandia Baru, Auckland Langsung Di-Lockdown
1. Kebijakan lockdown yang diterapkan oleh Selandia Baru memukul beberapa sektor ekonomi
Pemerintah Selandia Baru mengambil kebijakan yang ekstrem yakni dengan memberlakukan lockdown sejak 19 Maret 2020, untuk membendung penyebaran virus corona. Belum lagi, PM Ardern turut menutup pintu masuk ke Selandia Baru, sehingga turis asing pun tak bisa masuk ke sana.
Menurut juru bicara Badan Statistik Nasional, Paul Pascoe, ada beberapa sektor ekonomi yang terdampak langsung oleh kebijakan itu.
"Beberapa industri seperti retail, akomodasi, restoran, dan transportasi merupakan beberapa bidang yang mengalami penurunan produksi karena mereka langsung terkena dampaknya," kata Pascoe seperti dikutip dari stasiun berita BBC.
Sedangkan, industri lain seperti manufaktur, makanan dan minuman hanya terdampak sedikit karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan tetap dibutuhkan.
Isu ekonomi diperkirakan akan menjadi isu utama ketika Selandia Baru menggelar pemilu pada Oktober mendatang. Pemilu untuk memilih perdana menteri sempat ditunda lantaran terjadi kenaikan kasus COVID-19 di bulan Agustus.
Editor’s picks
Baca Juga: Selandia Baru Laporkan 5 Kasus COVID-19 Baru Setelah Dipuji WHO