TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Jenis Altcoin pada Cryptocurrency, Pahami Fungsinya

Pahami perbedaannya sebelum melakukan trading

ilustrasi Bitcoin dan Altcoin (pexels.com/Worldspectrum)

Cryptocurrency tidak hanya terbatas pada Bitcoin saja. Para trader cenderung tertarik untuk melakukan trading dan investasi pada altcoin. Hal ini disebabkan oleh potensi altcoin yang mampu menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat.

Altcoin adalah singkatan dari alternative coin, yang berarti mata uang alternatif selain Bitcoin. Ada banyak altcoin yang beredar di pasar dengan berbagai fungsi, fitur, dan tujuan. Berikut adalah empat jenis altcoin pada cryptocurrency beserta fungsinya.

1. Mining based

ilustrasi menambang koin (investopedia.com)

Altcoin berbasis penambangan atau mining based merupakan jenis koin digital yang diperoleh melalui proses penambangan. Proses penambangan kripto adalah fondasi utama dalam dunia mata uang digital. Dengan melibatkan sekelompok komputer yang bekerja bersama untuk memverifikasi transaksi dan menambahkannya ke dalam blockchain, penambangan memastikan keabsahan dan keamanan jaringan kripto.

Para penambang diberi hadiah dengan koin baru sebagai imbalan atas kontribusi daya komputasi mereka dalam memecahkan masalah matematika yang kompleks. Beberapa altcoin yang termasuk dalam kategori ini adalah Litecoin (LTC), Monero (XMR), dan ZCash (ZEC). Mereka semua mengandalkan proses penambangan untuk memastikan integritas dan keberlanjutan jaringan.

Baca Juga: Ekuador Akan Naikkan PPn untuk Biayai Perang Melawan Geng Kriminal

2. Stablecoin

ilustrasi market cryptocurrency (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Stablecoin adalah jenis koin digital yang nilainya terikat pada aset lain, seperti mata uang fiat (seperti dolar AS) atau komoditas (misalnya emas). Tujuannya adalah memberikan alternatif bagi kripto yang cenderung volatil, seperti Bitcoin. Stablecoin dirancang untuk menjaga stabilitas nilainya.

Contoh stablecoin adalah Tether (USDT), salah satu stablecoin yang nilainya selalu terkait dengan dolar AS. Selain itu ada USD Coin (USDC) yang juga terikat pada dolar AS dan Dai (DAI) yang berjalan diatas jaringan Ethereum. Stablecoin memainkan peran penting dalam ekosistem kripto karena memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi tanpa khawatir tentang fluktuasi nilai yang tiba-tiba.

3. Stacking based

ilustrasi pria memegang uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika kita berbicara tentang staking kripto, bayangkan menyimpan koin di dalam dompet digital kamu. Dalam hal ini, kamu tidak hanya menyimpan koin untuk keamanan, tetapi juga untuk mendukung jaringan blockchain. Dengan menahan koin, kamu membantu memvalidasi transaksi dan menjaga keamanan jaringan. Sebagai imbalan atas kontribusi ini, kamu akan diberi hadiah dengan koin tambahan.

Contoh altcoin berbasis staking adalah Teszos (XTZ) dan Cardano (ADA). Pemegang XTZ dapat menahan koin mereka dan berpartisipasi dalam validasi transaksi, serta memperoleh imbalan dalam bentuk XTZ tambahan. Sedangkan, pemegang ADA dapat menahan koin mereka atau mendelagasikannya kepada pihak lain yang berfungsi sebagai penambang blok. Jadi, altcoin berbasis staking memberikan cara bagi pemegang koin untuk menghasilkan pendapatan pasif sambil mendukung keberlanjutan jaringan kripto.

Verified Writer

Theodore Siagian

ig : tmarvell_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya