TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dikabarkan Jadi Calon Bos Bank Indonesia, Ini Tanggapan Sri Mulyani

Sri Mulyani fokus menjaga pemulihan ekonomi

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati enggan menanggapi kabar yang menyebutnya dirinya sebagai salah satu kandidat Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru.

Sri Mulyani yang pernah menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia itu enggan banyak bicara. Dia menjelaskan bahwa dirinya bersama anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) fokus menjaga stabilitas sistem keuangan dan ekonomi Indonesia.

"Jadi, kalau mengenai Gubernur Bank Indonesia diatur dalam undang-undang, itu prosesnya sudah ada. Kami berempat (bersama petinggi BI, OJK dan LPS) tetap fokus ngerjain apa yang ada di dalam KSSK, karena ini adalah tugas utama kita, yaitu jaga stabilitas sistem keuangan dan menjaga pemulihan ekonomi," katanya dalam konferensi pers KSSK di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Bantah Anggaran Kemiskinan Dipakai Buat Rapat

1. Stabilitas sistem keuangan Indonesia terus membaik

Ilustrasi perekonomian Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Bendahara negara itu menjelaskan bahwa stabilitas sistem keuangan per kuartal IV-2022 terus membaik, di tengah optimisme terhadap pemulihan ekonomi yang terus berlanjut dan semakin positif, seiring membaiknya berbagai indikator perekonomian dan sistem keuangan domestik.

Dia menjelaskan bahwa KSSK berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi dan tetap menjaga kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global.

2. Harga energi dan pangan masih relatif tinggi

Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Sri Mulyani menuturkan bahwa tekanan global mulai mereda pada akhir kuartal IV-2022 meskipun terdapat risiko yang perlu dicermati.

"Tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang meskipun tetap di level
tinggi seiring masih tingginya harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, serta masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa," jelasnya.

Dia memperkirakan pengetatan kebijakan moneter di negara maju mendekati titik puncaknya dengan suku bunga yang masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023.

Di sisi lain, ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai berkurang sehingga berdampak positif pada negara berkembang dengan meningkatnya aliran modal global dan berkurangnya tekanan pelemahan nilai tukar.

"Ke depan, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh lebih lambat akibat
fragmentasi geopolitik dan risiko resesi di AS dan Eropa," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani Masuk Daftar Forbes 50 Over 50: Asia 2023

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya