TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dolar AS Stagnan, Rupiah Bertengger di Rp15.096,5 Sore Ini 

Begini ramalan besok

Karyawati menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs dolar Amerika Serikat (AS) stagnan pada penutupan perdagangan, Kamis (9/2/2023). Mata uang garuda menetap di Rp15.096,5 di penghujung sore ini.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah pagi ini dibuka melemah sebanyak 24,5 poin atau 0,16 persen ke level Rp15.120 per dolar AS. Seharian ini, rupiah sempat menyentuh level Rp15.093 hingga Rp15.139 per dolar AS.

Meski begitu, nilai tukar rupiah sempat mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Rabu (8/2), yakni sebanyak 52,5 poin atau 0,35 persen ke Rp15.095,5 per dolar AS.

Baca Juga: Perbedaan Antara Bank Sentral dan Bank Umum, Jangan Sampai Keliru

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Menyusut ke Rp15.120 per Dolar AS Pagi Ini

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Sementara itu, di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah tampak menguat ke Rp15.120 per dolar AS pada Kamis (9/2).

Angka tersebut sedikit lebih kecil dibandingkan kurs rupiah pada Rabu (8/2) yang ada di level Rp15.122 per dolar AS.

Baca Juga: 7 Istilah dalam Investasi Reksa Dana yang Penting Dipahami Investor

2. Investor masih meraba-raba keputusan yang bakal diambil the Fed

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, data ketenagakerjaan AS awalnya meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) mungkin kembali ke sikap kebijakan moneter yang agresif.

"Tetapi (Gubernur the Fed) Powell tidak bersandar seperti itu dalam pidatonya," ujarnya.

Menurutnya, investor akan mengamati dengan cermat data inflasi harga konsumen pada hari Selasa untuk petunjuk tambahan tentang prospek kebijakan the Fed.

"Penetapan harga pasar mengantisipasi tingkat dana Fed yang memuncak tepat di atas 5,1 persen pada bulan Juli kemudian turun pada akhir tahun menjadi 4,8 persen," tutur Ibrahim.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya