TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gagal Tahan Laju Dolar AS, Rupiah Melemah Tipis Pagi Ini

Rupiah melemah 9,5 poin

ANTARA FOTO/Reno Esnir

Jakarta, IDN Times - Mata uang rupiah belum mampu menahan laju penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Selasa (22/11/2022) pagi, nilai tukar atau kurs mata uang Garuda melanjutkan pelemahan.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah sempat menguat 5,5 poin ke level Rp15.707 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini, namun tak bertahan lama. Sedangkan pada penutupan perdagangan Senin (21/11/2022), rupiah melemah sebanyak 28,5 poin atau 0,18 persen ke Rp15.712,5 per dolar AS.

Hingga pukul 09.23 WIB, rupiah sudah melemah sebanyak 9,5 poin atay 0,06 persen ke level Rp15.722.

Baca Juga: Rusia Resmi Jatuh ke Jurang Resesi!

Baca Juga: Ada Ancaman Resesi Global, Investasi Bisa Tetap Aman?

1. Sinyal the Fed akan tetap agresif mendongkrak suku bunga membuat rupiah tertekan

Analis DCFX Futures, Lukman Leong mengatakan bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) semakin meyakinkan akan tetap agresif dalam mendongkrak suku bunga acuannya. Hal ini menyebabkan rupiah melemah terhadap mata uang Negara Paman Sam.

"Rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan perlemahan, tertekan oleh penguatan dolar AS setelah pejabat the Fed lainnya, Presiden Fed Cleveland  Loretta Mester, menyusul rekan-rekannya memberikan statement hawkish dengan mengatakan bahwa the Fed memerlukan lebih banyak data dan bukti inflasi menurun sebelum menghentikan kenaikan suku bunga," tutur Lukman.

Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra juga berpendapat bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS masih akan berlanjut hingga tahun depan. Artinya tekanan terhadap rupiah terhadap dolar AS belum akan mereda.

"Beberapa pejabat the Fed pekan lalu mengingatkan pasar bahwa The Fed mungkin belum akan menghentikan kebijakan kenaikan suku bunganya. Masih tingginya inflasi AS menjadi penyebabnya," ujarnya.

2. Rupiah juga tertekan akibat permintaan pasar terhadap dolar AS di dalam negeri meningkat

Dijelaskan Ariston, rupiah juga tertekan akibat tingginya permintaan pasar terhadap dolar Amerika Serikat, khususnya untuk kebutuhan dunia usaha.

"Dari dalam negeri, permintaan dolar AS yang disinyalir cukup tinggi menjelang akhir tahun karena berbagai aksi korporasi juga memberikan tekanan ke rupiah," tuturnya.

Hanya saja, menurut dia tekanan yang dialami rupiah mungkin tidak besar karena sentimen pasar terlihat cukup positif pagi ini terhadap aset berisiko. Indeks saham Asia terlihat menguat, dolar AS pun terlihat sedikit tertekan terhadap mata uang utama dan mata uang regional.

Baca Juga: Ada Sinyal Resesi 2023, Ini Tips Menghadapinya bagi Pelaku Bisnis

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya