TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemerintah Ajak Jepang Bangun Pabrik Kabel Listrik dan Baterai di RI

Sejalan dengan transisi energi Indonesia

ilustrasi baterai kendaraan listrik (unsplash.com/Kumpan_electric)

Jakarta, IDN Times - Indonesia mendorong perusahaan Jepang untuk mendirikan pabrik di Indonesia, khususnya pabrik yang memproduksi kabel listrik dan baterai.

Hal itu dibahas dalam pertemuan bilateral antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Ministry of Energy, Trade, and Industry (METI) Jepang Ken Saito.

"Kami mengajak perusahaan Jepang untuk mendirikan pabrik kabel listrik dan baterai di Indonesia," kata Arifin dalam keterangan tertulis, Rabu (20/12/2023).

Baca Juga: Dirut IBC Ungkap Sederet Keuntungan Hilirisasi Baterai Listrik

1. Arifin singgung kebijakan hilirisasi yang dilakukan Indonesia

PTFI terus menyelesaikan beberapa pekerjaan untuk menyelesaikan konstruksi fisik pada akhir Desember 2023, kemudian akan melalui tahap pre-commissioning dan commissioning, serta memulai kegiatan operasionalnya pada akhir Mei 2024. (dok. Freeport)

Kedua negara membicarakan kerja sama dalam proyek transisi energi, meliputi pengembangan pembangkit panas bumi, pengelolaan pembangkit berbasis sampah perkotaan, perdagangan karbon, dan pengolahan critical minerals, termasuk teknologi semikonduktor.

"Indonesia memiliki kebijakan hilirisasi mineral dan smelter tembaga juga akan segera beroperasi," tutur Arifin.

2. Bahas perkembangan terbaru proyek Masela

Penandatanganan perjanjian jual beli kepemilikan Blok Masela dilakukan langsung oleh Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Naib Presiden Eksekutif & Ketua Pegawai Eksekutif Huluan Petronas, Datuk Adif Zulkifli, dan Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell Kuo Tong Soo saat pembukaan Konvensi Indonesia Petroleum Association (IPA) pada Selasa (25/7/2023). (Dok. Pertamina)

Arifin juga menyampaikan perkembangan terbaru dalam Proyek Abadi Masela, yaitu terkait revisi plan of development (POD) I yang dia setujui pada 28 November 2023 lalu.

Revisi POD I merujuk pada perubahan atau penyempurnaan rencana pengembangan proyek tersebut yang telah mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang. Hasil ekonomi dari revisi kedua POD tahap I akan diperbarui setelah tahap Front-End Engineering Design (FEED).

"Hasil keekonomian dari revisi 2 POD I akan diperbarui setelah FEED," jelas Arifin.

Dia menjelaskan, target untuk memulai operasi dan mengangkut muatan pertama dari Lapangan Abadi Masela adalah pada 2030.

Selanjutnya, akan ada penyusunan amandemen Kontrak Kerja Sama (KKS) Wilayah Kerja (WK) Masela untuk menyertakan kegiatan Captured Carbon Storage (CCS) sebagai bagian dari operasi perminyakan.

CCS adalah alat penangkap emisi karbon dioksida (CO2) untuk disimpan secara aman di bawah tanah atau menggunakan metode lain untuk mencegah pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Seragamkan Baterai Kendaraan Listrik, Ini Alasannya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya