TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Menguat Lawan Dolar AS Pagi Ini, Berpotensi Balik Arah

Menguat 21 poin pada pembukaan perdagangan

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menguat pada pembukaan perdagangan, Rabu (13/3/2024). Mata uang Garuda mengawali perdagangan di level Rp15.569 per dolar AS.

Seperti dikutip dari Bloomberg, rupiah menguat 21 poin pada pembukaan perdagangan, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya di Rp15.590 per dolar AS.

Baca Juga: Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Jawabannya

1. Rupiah berpotensi melemah imbas data inflasi AS

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menyatakan kemungkinan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan melemah hari ini. Hal ini disebabkan oleh data inflasi konsumen AS periode Februari yang dirilis kemarin, menunjukkan kenaikan lebih tinggi dari harapan pasar.

Kenaikan tersebut dapat mengarah pada ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) akan menunda pemangkasan suku bunga acuannya, yang pada gilirannya dapat menguatkan dolar AS terhadap mata uang lain, termasuk rupiah.

“Data CPI (Indeks Harga Konsumen) AS yang masih menaik di 3,2 persen yoy (secara tahunan) ini bisa memicu ekspektasi bahwa the Fed akan menahan diri lebih lama untuk memangkas suku bunga acuannya tahun ini dan mendorong penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Nominal: Pengertian, Nilai Tukar dan Harga Saham

2. Inflasi yang sulit turun mengurangi ekspektasi atas penurunan suku bunga AS

Ariston menjelaskan, ekspektasi pasar terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS dapat berubah sesuai rilis data ekonomi terbaru, terutama data inflasi.

Jika data menunjukkan inflasi AS sulit untuk turun, maka harapan akan pemangkasan suku bunga menjadi berkurang. Sebagai akibatnya, dolar AS dapat menguat karena suku bunga yang lebih tinggi cenderung menarik investor untuk memegang aset dalam mata uang tersebut.

Sebaliknya, jika data menunjukkan potensi penurunan inflasi, ekspektasi pemangkasan suku bunga dapat meningkat, yang dapat melemahkan dolar AS.

“Bila rilis data mengindikasikan inflasi AS sulit turun, ekspektasi pemangkasan berkurang, dolar AS menguat dan sebaliknya,” tambah Ariston.

Baca Juga: 3 Jurus Bank Indonesia Demi Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya