TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tak Berdaya, Rupiah Ambruk ke Rp15.129 per Dolar AS

Rupiah melemah 92 poin

Ilustrasi kurs dolar AS menguat terhadap rupiah. (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah babak belur dihajar dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Senin (26/9/2022). Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah hingga 92 poin atau 0,61 persen ke level Rp15.129,5 per dolar AS.

Selama sehari, rupiah bergerak di rentang Rp15.062,5 sampai Rp15.134,5 per dolar AS. Sebelumnya, pada pembukaan perdagangan pagi tadi, kurs rupiah melemah sebanyak 27,5 poin di pembukaan ke level Rp15.065,5 per dolar AS.

Baca Juga: 4 Tips Investasi di Pasar Saham Amerika Serikat

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Senin (26/9/2022), nilai tukar rupiah tercatat Rp15.119 per dolar AS.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kurs rupiah pada Jumat lalu yang ada di level Rp15.035 per dolar AS. Dengan kata lain rupiah mengalami pelemahan.

Baca Juga: Investasi di Tengah Inflasi, Cocoknya Instrumen Apa ya? 

2. Lagi-lagi akibat sentimen suku bunga the Fed

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya pada awal pekan terjadi setelah bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) bersikap hawkish terhadap suku bunganya.

"Dan para pedagang meragukan keberlanjutan rencana ekonomi pemerintah Inggris yang baru," katanya.

Selain itu, dia berpendapat pelaku pasar dibuat terkejut oleh keputusan Bank Indonesia (BI). Sebab, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21 hingga 22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, diikuti kenaikan suku bunga Deposit Facility sebesar 50  basis poin menjadi 3,50 persen, dan kenaikan suku bunga Lending Facility sebesar 50 basis poin menjadi lima persen.

Keputusan tersebut dianggap cukup mengejutkan lantaran mayoritas ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga BI hanya sebesar 25 basis poin menjadi empat persen.

"Secara umum, latar belakang, dan dasar pertimbangan kenaikan BI rate sebesar 50 bps, yang boleh dikatakan di luar kebiasaan karena biasanya kenaikan hanya 25 bps, dapat diterima serta logis, salah satu tujuan utamanya adalah jelas untuk mengendalikan laju inflasi agar tidak berada jauh di luar koridor ekspektasi dan target inflasi yang dua sampai empat persen pada akhir tahun ini," tambahnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya