TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BI Catat 25 Juta Merchant Terhubung dengan QRIS 

Mayoritas merhcant adalah pelaku UMKM

ilustrasi QR code (unsplash.com/Markus Winkler)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat hingga akhir April, sebanyak 25 juta pedagang atau merhcant telah terhubung dengan Quick Responsen Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai metode pembayaran.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menjelaskan dari jumlah tersebut, paling banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Capaian itu telah sesuai dengan tujuan awal diluncurkan layanan ini oleh BI pada Agustus 2019.

"Alhamdulilah per bulan April yang menggunakan QRIS mencapai 25,4 juta merchant, kita tau jika unit usaha yang ada di Indonesia sekitar 66 juta dan 99 persennya merupakan pelaku UMKM," kata dia dalam Rangkaian Acara FEKDI, Rabu (10/5/2023).

QRIS (dibaca KRIS) adalah penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code.

Melalui QRIS, seluruh aplikasi pembayaran dari penyelenggara manapun baik bank dan nonbank, dapat digunakan di seluruh toko, pedagang, warung, parkir, tiket wisata, donasi (merchant) berlogo QRIS. Pembayaran dapat dilakukan meskipun penyedia QRIS di merchant berbeda dengan penyedia aplikasi yang digunakan masyarakat.

Baca Juga: Rekrutmen Bank Indonesia Jalur Profesional Dibuka, Simak Syaratnya!

Baca Juga: RI Kuasai 40 Persen Pasar Ekonomi Digital ASEAN, Bakal Tembus US$360 M

1. UMKM mulai melek digital

Destry Damayanti/FEKDI 2023/Youtube BI

Peningkatan merchant maupun pengguna QRIS di Tanah Air, kata dia, semakin menggambarkan bahwa masyarakat dan pedagang semakin melek digital. Hal ini pun makin memperkuat peningkatan akselerasi ekonomi keuangan digital ke depan. 

"Ini tentunya akan mempermudah dan akan meningkatkan transaksi mereka ke depan," sambungnya.

Destry meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan digital. Berbagai proyeksi pemerintah menyebutkan bahwa ekonomi dan keuangan digital nilainya akan meningkat menjadi 130 miliar dolar AS pada 2025.

Bahkan pada pembukaan FEKDI 2023 dua hari lalu, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyampaikan bahwa di tahun 2030 sizer ekonomi keuangan digital bisa mencapai 315 miliar dolar AS.

Baca Juga: Jokowi Minta QRIS Antarnegara Diperkuat karena Mendesak

2. Kemenko proyeksi nilai EKD capai 360 miliar dolar AS

FEKDI 2023/Ruddy Salahudin, Kemenko Perekonomian/Triyan Pangastuti

Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) memproyeksikan pertumbuhan sektor ekonomi dan keuangan digital mencapai 360 miliar dolar AS pada 2030. Indonesia sebagai pemain di regional telah menguasai lebih dari 40 persen pangsa pasar di ASEAN.

Potensi pertumbuhan dari sektor tersebut kian pesat, sejalan dengan meningkatnya akseptasi masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital. Berdasarkan data sepanjang 2022, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 77 miliar dolar AS, atau tumbuh hingga 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Di tahun 2025 nilai (ekonomi digital) diprediksi meningkat dua kali lipat menjadi 130 miliar dolar AS dan terus meningkat hingga menjadi 360 miliar dolar AS di tahun 2030," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya