TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Biaya Hidup di Jakarta Tembus Rp14,8 Juta, Termahal di Indonesia

Rokok elektrik jadi komoditas baru yang pengaruhi gaya hidup

Ilustrasi supermarket (IDN Times/Anata)

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik baru saja merilis hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dengan tujuan untuk menangkap perubahan konsumsi masyarakat atau cakupan SBH 2022 di 150 kabupaten dan kota dengan 90 kabupaten kota lama dan 60 kabupaten tambahan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartin mengatakan DKI Jakarta menjadi wilayah dengan biaya hidup termahal di Indonesia. Nilai konsumsi (NK) di wilayah metropolitan tersebut mencapai Rp14,9 juta per bulan.

"DKI Jakarta yaitu dengan rata-rata nilai konsumsi Rp14,9 juta ya, kemudian diikuti Kota Bekasi Rp14,3 juta kemudian kota Surabaya Rp13,4 juta per bulannya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dikutip Youtube resmi BPS, Selasa (12/12/2023).

1. Daftar 10 kota dengan biaya hidup termahal

Hasil Survei Biaya Hidup 2022. (Dok/Screenshot YouTube BPS)

Berikut ini daftar 10 kota di Indonesia dengan biaya hidup termahal:

1. DKI Jakarta: Rp14,88 juta

2. Bekasi: Rp14,35 juta

3. Surabaya: Rp13,35 juta

4. Depok: Rp12,35 juta

5. Makassar: Rp11,5 juta

6. Tangerang: Rp10,96 juta

7. Bogor: Rp10,73 juta

8. Kendari: Rp10,23 juta

9. Batam: Rp10,02 juta

10. Balikpapan: Rp 9,8 juta

2. Komoditas yang mempengaruhi gaya hidup di kota

Jumlah Paket Komoditas pada Hasil Survei Biaya Hidup 2022 Naik. (Dok/Screenshot YouTube BPS)

Menurutnya ada peningkatan paket komoditas yang diperoleh dari SBH 2022 menjadi 847 komoditas dibandingkan hasil SBH 2018 sebesar 835.

Perbedaan jumlah komoditas ini bukan serta merta komoditas bertambah, karena dari 847 komoditas ini, sebanyak 758 jumlah komoditas lama yang terpilih kembali, kemudian 89 jumlah komoditas baru yang terpilih dan 77 jumlah komoditas lama yang tidak terpilih.

"Jadi ini distribusi dari komoditas yang diperoleh dari SBH 2022. Penambahan jumlah komoditas terjadi untuk kelompok perumahan, air listrik dan bakar rumah tangga, dan kelompok kesehatan, kelompok transportasi, kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman dan kelompok perawatan pribadi," ungkap Pudji. 

Pudji menuturkan, terdapat perhitungan komoditas baru yang mempengaruhi biaya hidup di sejumlah kota, di antaranya seperti peralihan konsumsi perokok menjadi rokok elektrik, receiver televisi, penggunaan hand sanitazer, bahkan jenis transportasi baru seperti MRT dan LRT turut menyumbang kenaikan nilai konsumsi.

"Misalkan yang saat ini kemudian masker dan hand sanitizer sekarang signifikan dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu pengganti dari antena televisi ya karena kita menggunakan televisi analog ke televisi digital,” kata Pudji.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya