TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bos BCA Ungkap Penyebab Rupiah Ambles ke Rp16.200 per Dolar AS

Kebutuhan dolar di kuartal I trennya memang meningkat

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja. (Dok/Humas BCA)

Intinya Sih...

  • Kebutuhan dolar AS meningkat pada kuartal I tahun ini karena momen Ramadan dan Lebaran
  • Pelaku usaha membutuhkan dolar AS untuk impor bahan baku dan masyarakat berpergian ke luar negeri

Jakarta, IDN Times - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, ada beberapa faktor yan menjadi penyebab rupiah melemah hingga sempat tembus level Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar AS.

Dia menjelaskan rupiah melemah bukan semata karena memanasnya konflik Timur Tengah antara Iran-Israel. Namun, ada juga pengaruh kebutuhan dolar AS yang meningkat pada kuartal I tahun ini.

"Tapi saya kurang setuju jika dikatakan itu masalah di Timur Tengah, sebenarnya melemahnya rupiah capai Rp16.200-Rp16.300 lebih karena beberapa faktor. Salah satunya di awal tahun untuk menghadapi hari raya Idul Fitri," kata Jahja dalam konferensi pers BCA Kuartal I 2024, Senin (22/4/2024).

Baca Juga: Rupiah Lesu Pagi Ini, Masih Ada Harapan Menguat Lawan Dolar

1. Banyak pelaku usaha butuh banyak dolar

Ilustrasi ekspor impor (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Jahja, saat momen Ramadan hingga Lebaran, pelaku usaha membutuhkan dolar AS untuk mengimpor bahan baku dalam bentuk raw material yang akan digunakan untuk produksi.

Selain itu, masyarakat banyak yang berpergian ke luar negeri, belanja dan membeli tiket yang membutuhkan dolar AS.

"Biasanya di masa-masa Idul Fitri terjadi peningkatan daripada (hari normal), jadi kebutuhan impor akan meningkat," ucapnya.

Baca Juga: Rupiah Melemah, 5 Kebiasaan Kecil Ini Bantu Finansial Membaik

2. Efek perusahaan besar bagian dividen

Pixabay/geralt

Pada saat yang sama, Jahja menilai sederet perusahaan besar juga membagikan dividen bagi para pemegang sahamnya, di mana sebagian dividen itu mengalir ke luar negeri.

Adapula indikasi terjadinya pengurangan investasi oleh asing baik di instrumen surat berharga negara (SBN) dan saham.

“Jadi, ini semua kan membutuhkan dolar. Sebab itu, mau enggak mau exchange rate kita melampaui Rp16.000,” ucapnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya