TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jepang Resesi, Pemerintah RI Bakal Terbitkan Samurai Bond?

Kemenkeu bakal cermati kondisi global dan domestik

ilustrasi uang yen (unsplash.com/jun rong loo)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah mengkaji untuk menerbitkan surat utang denominasi yen atau samurai bond, di tengah Jepang yang mengalami resesi. 

"Apakah kita akan tetap menerbitkan Samurai Bond? Tentu dalam hal ini kita akan melihat perkembangan kebutuhan dan perkembangan dari perekonomian dan kondisi pasar keuangan di Jepang," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto, Jumat (23/2/2024).

 

1. Kemenkeu cermati perkembangan global dan domestik

Ilustrasi pertumbuhan bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)

Samurai Bond merupakan surat utang yang diterbitkan dengan denominasi mata uang yen Jepang. Tujuan dari penerbitan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN, namun Kemenkeu memastikan pihaknya akan mencermati kondisi market maupun perekonomian global dan domestik. 

"Sehingga dalam konteks size, timing penerbitan instrumen, demikian juga currency mix-nya kita akan betul-betul menyesuaikan dengan perkembangan. Termasuk tadi apakah dengan perkembangan perekonomian Jepang seperti tadi kita akan menerbitkan Samurai Bond?" jelas Suminto.

Baca Juga: Kemenkeu Ungkap Alasan Kenaikan Pajak Hiburan Karaoke dan Spa

2. Pemerintah cermati perkembangan ekonomi Jepang

ilustrasi pertumbuhan (freepik.com/freepik)

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah memang mencermati kondisi ekonomi Jepang saat ini. Sebab negara tersebut sebagai salah satu sumber arus modal Indonesia, termasuk ekspornya.

Sebagaimana diketahui, ekonomi jepang mengalami resesi karena pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut. Kuartal IV kontraksi 0,4 persen dan kuartal III-2023, perekonomian Negeri Sakura minus 3,3 persen.

Begitu pula dengan Inggris juga mengalami kontraksi di kuartal IV sebesar 0,3 persen dan di kuartal III minus 0,1 persen.

"Kita berharap bahwa kontraksi kontraksi di Jepang dan Inggris itu sifatnya temporary, namun tetap kita akan lihat bagaimana situasi di 2024 ini," ucap Suahasil.

Baca Juga: Utang Luar Negeri RI Tembus Lebih dari Rp6.300 Triliun!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya