TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Ditutup Lesu ke Level Rp15.630 per Dolar AS

Rupiah melemah 0,21 persen

ilustrasi dolar AS (Pixabay.com/geralt)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan kurs rupiah di pasar spot tertekan hingga akhir perdagangan awal pekan ini. Senin (26/2/2024), rupiah spot ditutup di level Rp15.630 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, laju rupiah pun melemah 0,21 persen atau 32,5 poin dibandingkan penutupan Jumat (23/2/2024) di Rp15.598 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Lesu ke Level Rp15.631 per Dolar AS di Awal Pekan

1. Sejumlah mata uang di kawasan Asia bervariasi

Ilustrasi nilai tukar mata uang (katadata.co.id/Agung Jatmiko)

Sejumlah mata uang di kawasan Asia hingga pukul 15.00 WIB, bergerak variasi dengan rincian peso Filipina menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ditutup anjlok 0,31 persen. 

Berikutnya, dolar Singapura tertekan 0,08 persen, yuan China tergelincir 0,03 persen. Disusul, won Korea Selatan ditutup melemah tipis 0,007 persen.

Sementara itu, baht Thailand menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,26 persen. Lalu ada rupee India yang terkerek 0,09 persen.

Kemudian, yen Jepang terlihat menanjak 0,03 persen dan ringgit Malaysia terangkat 0,01 persen. Selanjutnya, dolar Hongkong melemah tipis 0,001 persen, kemudian dolar Taiwan bergerak stabil setelah ditutup di posisi yang sama seperti akhir pekan lalu.

Baca Juga: 10 Mata Uang Terkuat di Dunia, Ternyata Dolar AS Posisi 10

2. Dolar menguat antisipasi data inflasi AS

ilustrasi 100 dolar (pexels.com/John Guccione www.advergroup.com)

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menyebut dolar AS akan menguat terhadap mata uang di kawasan emerging markets.

"Potensi penguatan dolar AS hari ini kemungkinan pasar mengantisipasi data inflasi baru AS yang akan dirilis di hari Rabu pekan ini," ungkapnya.

Apalagi the Fed membutuhkan informasi dari data ekonomi terbaru AS seperti data inflasi untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Oleh karena itu, pelaku pasar mungkin juga melakukan antisipasi tidak mendorong pelemahan dolar AS lebih jauh sebelum data inflasi AS terbaru dirilis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya