TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Target Pertumbuhan Ekonomi 2024 Dinilai Tak Realistis, Ini Sebabnya!

Bayang-bayang ketidakpastian global masih terjadi

IDN Times / Auriga Agustina

Jakarta, IDN Times - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen hingga 5,7 persen di 2024. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menyebut target itu terlalu optimistis dan tidak realistis.

Bhima mengatakan kondisi ketidakpastian global, masih akan membayangi ekonomi di tahun depan. Di tengah tantangan eksternal itu, menurutnya, ekonomi bisa tumbuh sebesar 5 persen saja sudah cukup baik.

"Masih besarnya ketidakpastian dari negara-negara mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan Tiongkok. Jadi, ada banyak tantangan di dalam industri manufaktur, sektor jasa, konsumsi domestik, yang ada di Tiongkok bisa sangat mmengaruhi kinerja investasi dan perdagangan Indonesia,” tutur Bhima kepada IDN Times, Rabu (24/5/2023).

Baca Juga: DPR: Pemerintah Harus Jaga Pertumbuhan Ekonomi dan Tekan Inflasi 

1. Ketidakpastian di sektor keuangan

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Tantangan berikutnya, di sektor keuangan yakni efek kenaikkan suku bunga The Fed. Meskipun, ada kemungkinan suku bunga The Fed di 2024 tidak akan naik. Sayangnya, efek dari kenaikan sebelumnya tahun ini masih akan terasa sampai tahun depan.

Efek tersebut akan berpengaruh pada penyesuaian bunga-bunga pinjaman perbankan domestik. Itu juga berpengaruh pada konsumsi rumah tangga dan pada tingkat belanja di sektor ritel dan transportasi, serta berbagai lapangan usaha lainnya.

Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,7 Persen di 2024 Dinilai Terlalu Muluk

2. Sektor usaha bakal wait and see saat pemilu

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Mardya Shakti)

Tak hanya itu, Bhima mengatakan pelaksanaan pemilu yang bakal digelar Indonesia pada 14 Februari 2024, akan memiliki dampak bagi sektor usaha. Hal ini berkaca pada pengalaman pelaksanaan Pemilu tahun 2014, 2019.

Saat itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih stabil. Namun, sisi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi fisik berpotensi tumbuh rendah.

Hal tersebut disebabkan sikap investor cenderung wait and see atau menunda pembangunan. Investor akan fokus melihat arah kebijakan ekonomi dan pembangunan dari presiden terpilih.

"PMTB relatif akan tumbuh rendah disaat momentum Pemilu. Ini mengkonfirmasi bahwa terdapat tantangan dari sisi investor, terutama di sektor pertambangan, kehutanan, perkebunan, industri manufaktur mereka banyak wait and see hingga setelah pelaksnaaan pemilu," ungkapnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya