TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Waspada, Menkeu Ingatkan Manufaktur Mulai Merosot

Manufaktur Malaysia dan Vietnam kontraksi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. ANTARA/HO-Humas Kemenkeu/Faiz.

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengingatkan untuk berhati-hati atas pelemahan kinerja manufaktur atau Purchasing Managers Index (PMI) bulan Mei  tercatat melambat di level 50,3. Angka ini turun 2,4 poin dibandingkan level April yang tercatat 52,7 poin.

"Harus kita lihat secara hati-hati adalah PMI (Mei) baru keluar 50,3. Ini melemah dibandingkan bulan lalu," ungkapnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/6/2023).

Baca Juga: Sri Mulyani Waspadai Dinamika Global Masih Berlanjut di 2024  

Baca Juga: Mantap, 20 Bulan Berturut PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi 

1. PMI Indonesia melambat

Unsplash.com

Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan indeks tersebut masih mencatatkan Indonesia berada di zona ekspansif namun menjadi level yang terendah sejak November 2022.

"Namun, kita masih di ekspansi, kalau kita lihat negara lain yang kontraksi bahkan Vietnam yang selama ini kuat juga dalam posisi kontraktif untuk PMI-nya,” tambahnya.

Baca Juga: Mantap, 20 Bulan Berturut PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi 

2. Penurunan permintaan sebabkan PMI merosot

Ilustrasi perusahaan garmen. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, mengatakan pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia melambat pada pertengahan menuju kuartal kedua.

"Perkembangan utama pada survei terbaru adalah penurunan permintaan baru karena kondisi ekonomi domestik dan global yang lebih lemah memengaruhi permintaan baru," ucapnya dalam laporan tertulisnya, Senin (5/6/2023).

Penurunan manufaktur Indonesia, disebabkan permintaan yang lebih lemah menyebabkan tekanan harga bagi produsen Indonesia semakin berkurang. Artinya, inflasi harga jual yang lebih rendah di sektor produksi barang. Hal itu mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter.

"Tekanan harga terus mereda di seluruh sektor manufaktur Indonesia pada pertengahan menuju kuartal II. Secara keseluruhan, harga input meningkat pada laju yang sangat lambat sejak bulan November 2020, dengan perusahaan sering menyebut harga bahan mentah yang lebih lemah naik pada bulan Mei," ucapnya.

Sentimen bisnis ke depan, kata Jingyi Pan, akan tetap suram, dengan tingkat kepercayaan semakin turun dibawah rata-rata pada Mei.

"Ini semakin mencerminkan kekhawatiran yang masih ada terhadap perkiraan (kinerja ekonomi) di tahun depan," imbuhnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya