Addis Ababa, IDN Times – Cuaca di awal Mei 2019 cerah, di Addis Ababa, Ibu Kota Ethiopia. Adrianto Yuliar Salam, Deputi General Manager PT Indofood Ethiopia menyambut tamunya dengan ramah. “Paling senang kalau dikunjungi tamu dari Indonesia,” ujar Adri, urang awak yang sudah mengelola pabrik Indomie sejak tahun 2014.
Adri termasuk warga Indonesia pertama yang menjajal bisnis di negeri yang menjadi “hub” bagi kawasan Afrika itu. “Saya datang ke sini 15 tahunan lalu, saat itu bekerja untuk sebuah perusahaan penghasil sabun cuci,” tuturnya. Obrolan kami berlangsung pada hari Sabtu, 4 Mei 2019. Hadir juga Sigit, manajer penjualan dan Muji, manajer Indofood di Yaman yang mengungsi ke Addis Ababa sejak perang mengoyak negeri itu.
“Saya lari ke sini naik perahu” kata Muji.
Seeing is believing. Ini yang menggoda Adri ketika ditawari bosnya menjajaki bisnis di Afrika. “Gak kebayang, kan kita tahunya Ethiopia ini negeri miskin, banyak yang kelaparan. Sampai-sampai Iwan Fals bikin lagu tentang kelaparan di Ethiopia kan,” ujar Adri.
Bapak dua anak, satu di antaranya bersekolah di Prancis, itu bertutur bagaimana tantangan membangun bisnis di negeri yang sampai kini pun masih masuk kelompok negara belum berkembang itu. “Potensi gede, penduduknya 108 juta. Tapi kita harus ekstra sabar,” kata dia. Minimnya informasi membuat pengusaha di tanah air enggan mengambil risiko berdagang dan investasi di Ethiopia.
“Salah satu problem krusial adalah soal mata uang, ketersediaan Dolar Amerika Serikat sangat minim,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Eropa, Al Busyra Basnur kepada IDN Times, dalam perbincangan di Wisma Duta, sehari sebelum kunjungan ini.