Menteri ESDM Promosi Agenda Transisi Energi di WEF 2023
Jadwal Arifin Tasrif padat merayap
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Davos, IDN Times – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Arifin Tasrif, hadir di Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2023 yang digelar di Davos, sebuah desa di kawasan pengunungan Alpen, bagian timur Swiss. WEF 2023 mengusung tema “Cooperation in a Fragmented World”, dan diikuti oleh 2700-an peserta termasuk 50-an kepala pemerintahan, 1500-an pebisnis, serta kalangan akademisi, penggiat sipil dan seniman terkemuka dunia.
Acara tahunan WEF yang mempertemukan para pengambil keputusan di sektor publik pemerintahan dan sektor swasta itu diadakan pada 16-20 Januari 2023. Tahun ini, acara yang sering disebut sebagai Forum Davos itu memasuki tahun ke-53.
Sebelum ke WEF Davos, Menteri Arifin hadir dan memberikan sambutan di pertemuan tahunan Badan Internasional untuk Energi Terbarukan (IRENA) yang berlangsung 14-15 Januari di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Setibanya di Davos, tanggal 16 Januari, Menteri Arifin langsung mengadakan pertemuan dengan sejumlah pihak, di antaranya pimpinan IBM Global, pimpinan AT Kearney, top eksekutif BP, CEO Global Vale, Presiden Direktur JERA, perusahaan tenaga listrik di Jepang, pimpinan Siemens, sampai pertemuan dengan anggota komite eksekutif WEF yang menangani soal energi masa depan. Pertemuan diadakan baik di Congress Center, tempat berlangsungnya WEF, maupun di Paviliun Indonesia.
Baca Juga: Menteri ESDM Buka-bukaan Target RI soal Energi
1. Arifin Tasrif paparkan agenda transisi energi di forum WEF 2023
Pada hari kedua, 17 Januari 2023, Menteri Arifin diminta memberikan pidato pembukaan di acara workshop WEF 2023 dengan tema “Fast Tracking Energy Transition Investment in Developing Economies”, yang diadakan di Congress Center Davos. Dalam acara yang diikuti 100-an peserta, top eksekutif korporasi maupun pejabat tinggi pemerintahan negara lain, Arifin menyampaikan, agenda Indonesia dalam transisi energi dan mencapai target net zero emission pada tahun 2060.
Mengacu kepada Kesepakatan Paris (Paris Agreement), pemerintah RI telah menetapkan target untuk membatasi suhu global di bawah 2 derajat Celsius, sedapat mungkin 1,5 derajat Celsius dibandingkan dengan tingkat sebelum masa industri. “Angka ini kelihatannya kecil, tapi ini dapat menciptakan transformasi secara masif, seperti revolusi industri dan inovasi teknologi yang mendatangkan momentum bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Menteri Arifin.
Mantan Duta Besar RI untuk Jepang itu juga mengingatkan, “Tahun-tahun berlalu, namun komitmen kami, pemerintah Indonesia, tetap sama. Kita menyadari bahwa kemampuan setiap negara untuk mencapai target yang ditetapkan di Paris Agreement berbeda-beda, bergantung kepada situasi masing-masing negara dan ketersediaan potensi sumberdaya di negara itu.” Itu sebabnya, jalan yang ditempuh akan berbeda pula, mempertimbangkan aspek-aspek di atas.
Menetapkan strategi, program dan target adalah hal yang lebih mudah. Begitu pula dengan merumuskan regulasi untuk mendukung transisi energi yang diharapkan. “Bagian paling sulit adalah implementasi konkret menuju transisi energi, memastikan keterjangkauan energi oleh rakyat, aksesibilitas dan dekarbonisasi yang berlangsung dalam waktu yang relatif singkat,” kata Arifin.