TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

China Kucurkan Pinjaman Rp6,9 T buat Tambal Biaya Proyek Kereta Cepat

Dicairkan oleh China Development Bank

ilustrasi logo baru kereta cepat, Whoosh! (IDN Times/Trio Hamdani)

Jakarta, IDN Times - China Development Bank (CDB) akhirnya mencairkan pinjaman untuk menambal pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh.

Nominal pinjaman itu sebesar 448 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp6,99 triliun (kurs Rp15.626 per dolar AS).

Berdasarkan laporan fakta material yang disampaikan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pinjaman itu dicairkan CDB dalam dua seri, yakni dolar AS dan Yuan China.

Baca Juga: Cara Refund Tiket Kereta Cepat Whoosh, Bisa Online dan Offline

1. Rincian pencairan pinjaman CDB ke KAI

Keramaian penumpang Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur, Senin (25/12/2023). (dok. Sabri Ella Afni untuk IDN Times)

Pencairan dilakukan dalam dua seri, yakni tertanggal 7 Februari 2024 untuk Fasilitas A dengan nominal 230,9 juta dolar AS atau setara Rp3,6 triliun. Kedua, Fasilitas B 1,54 miliar Yuan China atau setara 217 juta dolar AS (Rp3,3 triliun) tertanggal 5 Februari 2024.

Adapun pinjaman itu diteruskan kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yakni konsorsium BUMN yang memiliki 60 persen saham di proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Konsorsium itu terdiri dari empat BUMN, yakni KAI, PT Wijaya Karya (Persero) tbk atau WIKA, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) atau PTPN VIII. Dalam konsorsium itu, KAI menjadi pemegang saham mayoritas.

“Pencairan tersebut langsung diteruskan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) pada tanggal 7 Februari 2024,” tulis fakta material tersebut, Selasa (13/2/2024).

2. Pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat tembus Rp18 triliun

Masyarakat Menikmati Perjalanan Gratis KCJB alias Whoosh. (IDN Times/Bangkit Rizki)

Adapun nilai cost overrun proyek Kereta Cepat disepakati sebesar 1,2 miliar dolar AS, atau setara Rp18,76 triliun.

Pembengkakan biaya itu disebabkan adanya perbedaan biaya pembangunan kereta cepat di China dan Indonesia, yang berasal dari pembebasan lahan, biaya persinyalan, dan sebagainya.

Baca Juga: KCIC Bongkar Penyebab Anggaran Proyek KCJB Bengkak Rp26 Triliun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya