TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Eks Menkeu Ingatkan Serangan Iran ke Israel Bisa Gerus Ekonomi RI

Pertumbuhan ekonomi RI bisa melemah di bawah 4 persen

Acara Ngobrol Seru dengan tema "Konflik Iran-Israel, Dampaknya ke Ekonomi RI" pada Senin (15/4/2024). (youtube.com/IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Keuangan sekaligus Guru Besar FEB Universitas Indonesia (UI), Bambang Brodjonegoro, mengatakan serangan Iran ke Israel bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam acara dalam Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter x IDN Times, Senin (15/4/2024), Bambang mengatakan prediksi itu bisa menjadi nyata apabila konflik antara kedua negara makin memanas, dan berlangsung lama.

“Kalau eskalasi ini menjadi lebih besar atau lebih lama, atau menimbulkan kegamangan bagi banyak pihak, mungkin akan challenging target 5 persen. Mungkin bisa agak terdorong ke bawah, 4,6-4,8 persen,” kata Bambang.

1. Kinerja perdagangan Indonesia terganggu

ilustrasi ekspor hasil hilirisasi (pexels.com/Samuel Wölfl)

Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi adalah kinerja ekspor Indonesia. Dengan adanya serangan Iran, maka jalur perdagangan dunia bisa terganggu, yang pada akhirnya mengganggu rantai pasok.

Hal itu pun bisa meningkat harga barang-barang dan menekan permintaan global.

“Nah kalau melihat kondisi saat ini agak sulit kita melihat neraca perdagangan barang kita akan membaik,” tutur Bambang.

Baca Juga: Warga Israel Ketakutan karena Serangan Iran, Khawatir Konflik Meluas!

2. Inflasi bisa melonjak

SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Bambang mengatakan, serangan Iran ke Israel juga bisa mengerek inflasi di Indonesia. Hal itu bisa terjadi apabila harga minyak dunia melonjak, seperti apa yang terjadi usai serangan Rusia ke Ukraina.

“Pada waktu itu perang, Rusia-Ukraina membuat harga minyak di atas 100 dolar AS. Nah ketika harga minyak di atas 100 dolar AS, terpaksa pemerintah menaikkan harga BBM, karena subsidinya sudah terlalu banyak, kalau gak salah sudah Rp500 triliun sendiri hanya untuk BBM. Nah saat itu juga pasti inflasi akan terpengaruh,” ucap Bambang.

Ditambah lagi dengan kondisi harga pangan Indonesia yang sudah melonjak, terutama harga beras.

“Jadi perkiraan saya kalau inflasi, akan ada tekanan, inflasi agak lebih tinggi. Satu karena memang masalah di dalam negeri, yaitu harga pangan bergejolak. Kedua, adalah inflasi yang kemungkinan dari harga yang diatur pemerintah, apakah itu BBM, apakah LPG, dan lainnya,” ujar Bambang.

Dia juga memprediksi dengan eskalasi konflik Iran dan Israel, harga barang-barang yang diimpor ke Indonesia akan melonjak, dan mengerek inflasi.

“Ditambah tentunya jangan lupa imported inflation, sebagai akibat pelemahan rupiah, dan juga sebagai akibat dari gangguan distribusi,” tutur Bambang.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya