Gara-gara Produk Impor, Alat Tes PCR Buatan RI Kurang Dilirik
RI sudah bisa produksi jutaan alat tes PCR per bulan, lho!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Produsen alat tes PCR masih harus menghadapi derasnya produk impor di pasar Indonesia. Hal itu menyebabkan produk alat tes PCR buatan produsen lokal kurang dilirik.
Misalnya saja alat uji untuk mendeteksi COVID-19 dengan metode kumur (gargling) dengan merek BioSaliva. Produk tersebut merupakan produksi Nusantics dan PT Bio Farma.
Co-Founder sekaligus CEO Nusantics, Sharlini Eriza Putri mengatakan pihaknya memiliki kapasitas produksi BioSaliva hingga 4 juta kit per bulan. Sayangnya, serapannya tak sampai 300 ribu kit per 3 bulan, artinya berkisar di bawah 100 ribu kit per bulan.
"Kapasitas bisa sampai 4 juta per bulan. Aktualnya jauh di bawah itu yang terserap. Bahkan bisa di bawah 300 ribu per 3 bulan," ujar Sharlini kepada IDN Times, Selasa (26/10/2021).
Baca Juga: Asosiasi Pilot Garuda Tolak Syarat PCR untuk Naik Pesawat
Baca Juga: Jokowi Minta Tes PCR Rp300 Ribu, Wakil Menkes: Supaya Testing Tinggi
1. Sulit bersaing dengan produk impor
Menurut Sharlini, rendahnya serapan alat tes PCR buatan Nusantics karena sulit bersaing dengan produk impor. "Susah saingan sama produk impor," tutur dia.
Padahal, menurut dia BioSaliva sangat nyaman digunakan, terutama untuk anak-anak berusia 12 tahun ke bawah. Sebab, tes hanya perlu dilakukan dengan kumur-kumur sehingga tidak perlu colok hidung dan tenggorokan.
BioSaliva pun sudah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 1 April 2021 dengan Nomor KEMENKES RI AKD 10302120673.
BioSaliva dapat mendeteksi hingga angka CT 40 dan memiliki performance yang sangat baik untuk CT <35 dengan sensitivitas hingga 93,57 persen. Hal ini tentunya menjadikan Gargle-PCR sebagai alternatif selain gold standard Swab Nasofaring-Orofaring menggunakan PCR Kit yang memiliki sensitivitas hingga 95 persen.
Baca Juga: ASITA: Syarat Tes PCR Menghambat Kunjungan Wisata ke Sulsel