TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Komoditas Andalan RI Turun, Luhut Yakin Ekonomi Tetap Tumbuh

Commodity boom diprediksi tak berlanjut di 2023

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan di acara World Economic Forum (WEF) 2023. (dok. YouTube Kementerian Investasi - BKPM)

Jakarta, IDN Times - Lonjakan harga komoditas seperti batu bara hingga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) memberikan sumbangan besar pada pemulihan ekonomi Indonesia pada 2020-2022.

Lonjakan harga komoditas menyebabkan pertumbuhan nilai ekspor yang signifikan hingga 2022 ini. Sayangnya, memasuki 2023, lonjakan harga komoditas atau commodity boom diprediksi tak berlanjut.

Hal itu pun dilihat sebagai tantangan bagi pemulihan ekonomi Indonesia di 2023.

"Downside risk untuk Indonesia, penurunan harga komoditas," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Indonesia Economic Outlook 2023 di Indonesia Pavillion, World Economi Forum (WEF), Selasa (17/1/2023).

Baca Juga: Luhut Yakin Indonesia Jadi Pemain Utama Mobil Listrik Dunia di 2027

Baca Juga: Luhut Ungkap Rencana Pabrik Tesla di RI Sudah Tahap Finalisasi

1. Luhut pede hilirisasi industri bisa jaga pemulihan ekonomi di 2023

Ilustrasi pertambangan nikel. ANTARAFOTO/Jojojn

Meski begitu, Luhut meyakini perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif tahun ini. Sebab, selain dorongan ekspor komoditas, ada hilirisasi industri yang akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

"Tapi lagi-lagi kami yakin karena kami memiliki 4 pilar ekonomi saat ini, pertama hilirisasi industri, kedua harga komoditas, ketiga efisiensi melalui digitalisasi di tubuh pemerintah. Dalam 2 tahun terakhir, pendapatan negara dari penerimaan pajak meningkat hampir 40 persen," ujar Luhut.

Baca Juga: Luhut Masih Irit Bicara soal Wacana Tesla Investasi di RI

2. Pembukaan kembali aktivitas perekonomian di China akan dongkrak ekonomi Indonesia

Seorang pria membawa bendera China dari sebuah rumah di seberang Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, Minggu (26/7/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Di sisi lain, China yang akan kembali membuka aktivitas perekonomiannya dinilai akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Sebagai informasi, China merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar bagi Indonesia. Hingga Desember 2022, tercatat pangsa ekspor nonmigas ke China menduduki posisi pertama, yakni sebesar 23,03 persen.

"Upside risk, pembukaan kembali China akan memberikan dampak positif pada perekonomian dunia dan khususnya Indonesia. Dan kami percaya jika China sudah membuka lagi aktivitasnya, pertumbuhan ekonomi China akan berkisar di angka 5 persen," ujar Luhut.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya