Perang Rusia-Ukraina Lanjut, Pemulihan Ekonomi Global Bisa Tersendat!
KSSK yakin pemulihan ekonomi RI tetap terjaga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi global berpotensi tersendat akibat perang Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut. Padahal, sebelum peperangan terjadi, ekonomi global diprediksi akan bangkit dari dampak pandemik COVID-19 tahun ini.
"Ekspektasi yang tadinya positif terhadap pemulihan ekonomi global seiring meredanya COVID-19 tertahan atau mengalami tekanan karena eskalasi dari kondisi perang yang terjadi di Ukraina sejak tanggal 24 Februari 2022," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).
Baca Juga: Ramalan Bank Dunia, Begini Dampak Perang ke Perekonomian Ukraina-Rusia
1. Faktor-faktor yang akan menahan pemulihan ekonomi global
Dari perang Rusia dan Ukraina, timbul sanksi yang diberikan negara-negara maju terhadap Rusia. Kondisi itu mengganggu rantai pasok global, sehingga menekan kinerja perdagangan dan prospek perekonomian global.
Tak hanya itu, peperangan juga membuat harga komoditas melonjak tinggi, seperti energi, logam, pangan, yang akan mengerek tingkat inflasi global.
"Peperangan di Ukraina antara Rusia dan Ukraina juga menciptakan tantangan bagi normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju, yang kemudian meningkatkan ketidakpatsian di pasar keuangan global," tutur Sri Mulyani.
"Dalam hal ini, kebijakan moenter negara-negara maju sebagai respons terhadap meningkatnya inflasi tinggi, namun di sisi lain dihadapkan pada potensi pelemahan ekonomi, telah menimbulkan aliran modal pada emerging markets yang tertekan. Dan ini sejalan dengan terjadinya realokasi aset untuk mencari tempat yang aman atau safe heaven assets," sambung dia.
Baca Juga: Bank Dunia Sebut Ekonomi Asia Akan Tumbuh Melambat, Indonesia Juga?
Baca Juga: Mantap! Neraca Perdagangan Februari Surplus US$3,8 Miliar