Tips Bikin Produk Baru bagi Startup, Jangan Takut Nyoba!
Banyak startup gagal sebab produk tak sesuai kebutuhan pasar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menciptakan produk yang cocok untuk kebutuhan pasar sangatlah penting dalam membesarkan startup. Untuk bisa menciptakan produk yang tepat, perlu dilakukan product-market fit (PMF).
PMF sendiri menggambarkan berbagai upaya perusahaan untuk menyempurnakan produk dan model bisnisnya agar dapat meningkatkan kecocokan terhadap kebutuhan pasar dan retensi pengguna.
Di sisi lain, Profesor Thomas R. Eisenmann dari Harvard Business School mengungkapkan bahwa 90 persen dari bisnis rintisan berujung pada kegagalan, dan alasan utamanya adalah karena produk/layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini senada dengan temuan CB Insights, di mana 42 persen startup gagal karena tak berhasil menemukan PMF.
Dalam program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), ada sesi pelatihan dari para pemain startup yang telah sukses di Indonesia, seperti Co-founder dan CEO Dekoruma, Dimas Harry, dan Co-Founder dan President Evermos, Arip Tirta.
Keduanya memberikan empat tips bagi pelaku startup untuk mencapai PMF, terutama untuk startup B2B maupun B2C.
Baca Juga: 7 Tips Memulai Bisnis Franchise Makanan, Jangan Sampai Gegabah!
1. Jangan bergantung pada marketing dan subsidi
Banyak pemain startup menganggap, angka pertumbuhan seperti pertumbuhan jumlah pengguna atau transaksi merupakan satu-satunya indikator pencapaian PMF.
Pada awalnya, Dimas juga menganggap hal tersebut. Dia merasa telah mencapai PMF ketika Dekoruma mencatatkan pertumbuhan yang signifikan di berbagai aspek. Namun, pada 2018, Dimas melakukan kalkulasi yang lebih mendalam terkait struktur biaya tetap (fixed cost) dan tidak tetap (variable cost), dan menemukan bahwa pendapatan perusahaan terlalu bergantung pada pemasaran dan subsidi.
“Di satu titik, kita harus realistis dan membuat model bisnis lebih berkelanjutan, sehingga tidak boleh terlalu bergantung pada subsidi atau diskon saja. Ketika perusahaan sudah mencapai PMF, rate pertumbuhan bisa saja lebih rendah, namun justru lebih stabil secara jangka panjang. Kita sudah bisa mempertahankan pelanggan lama, dan mendapatkan sebagian pelanggan baru dengan cara yang organik,” kata Dimas.