Banting Tulang hingga Lansia, Bertahan Hidup di Tengah Krisis Lebanon
Para lansia tidak dapat mengambil tabungan hidupnya di bank
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Hekmat Skaff duduk sepanjang hari di belakang konter toko kelontongnya di Achrafieh, distrik pusat Beirut. Dia hapal harga semua barang dan saat klien keluar masuk ia menambahkannya di selembar kertas. Di usia 80 tahun, dia tidak bisa berhenti bekerja.
"Saya lelah bekerja selama 60 tahun, dan semua uang saya hilang. Saya telah menaruh banyak uang di bank, dan sekarang semuanya hilang," katanya kepada Middle East Eye.
Seperti kebanyakan warga Lebanon, Skaff tidak memiliki akses ke skema pensiun nasional yang hanya diperoleh oleh beberapa profesi sektor publik. Ia bergantung pada tabungan hidupnya untuk menjalani hari-hari terakhirnya.
Namun sejak awal krisis keuangan Lebanon di akhir 2019 lalu, tabungan Skaff tertahan di bank. Bank tidak lagi memiliki cukup dolar untuk membayar deposan. Bank juga memberlakukan kontrol modal informal yang memungkinkan pelanggan mengambil hanya dalam jumlah terbatas dengan harga nilai tukar didiskontokan yang tinggi.
Baca Juga: Warga Lebanon Bingung Gegara Perubahan Zona Waktu: Ini Negeri Ajaib!
Baca Juga: IMF: Lebanon Terancam Hiperinflasi
1. Mata uang mengalami penurunan drastis
Mata uang Pound Lebanon telah mengalami penurunan dan meluncur dari 1.500 pound per dolar AS menjadi sekitar 94.000 per dolar pada Mei 2023. Puncaknya pada bulan maret yang mencapai 100 ribu pound per dolar.
Pada akhir 2021, PBB memperkirakan bahwa hampir setengah dari populasi Lebanon telah jatuh miskin sejak 2019.
"Rencana saya adalah bepergian, menghirup udara di berbagai negara, mengunjungi kerabat," kata Skaff. Namun sebaliknya, dia perlu terus mencari nafkah selama dia bisa secara fisik.
Sama seperti Skaff, puluhan ribu orang tua Lebanon yang telah menabung di seluruh hidup mereka kini mendapati diri mereka tidak memiliki apa-apa sama sekali.
Mereka yang tidak bisa kembali bekerja bergantung pada niat baik orang lain untuk bertahan hidup. Menurut PBB, 80 persen warga Lebanon berusia 65 tahun ke atas bergantung pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau dukungan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari, sementara beberapa terpaksa mengemis di jalanan.
Baca Juga: AS Kucurkan Uang Rp1,1 Triliun untuk Gaji Tentara dan Polisi Lebanon
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.