Jokowi: Pengkritik Proyek Jalan Tol Tak Paham Teori Ekonomi Makro

Pembangunan pagi-malam-pagi masih belum cukup

Semarang, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyebut pengkritik kebijakan infrastruktur khususnya terkait proyek pembangunan jalan tol ialah orang yang tidak memahami teori ekonomi makro.

"Silakan ada orang ngomong kepada saya, Pak kita enggak mau makan jalan tol. Ya kalau enggak ngerti teori ekonomi makro sulit saya menjelaskan," kata Jokowi dalam acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah dengan Calon Presiden RI Periode 2019-2024 di MG Setos, Semarang, Sabtu (2/2) malam.

1. Kalau berlandaskan benci, penjelasan seperti pun tidak akan diterima

Jokowi: Pengkritik Proyek Jalan Tol Tak Paham Teori Ekonomi MakroIDN Times/Gregorius Aryodamar

Dalam kesempatan tersebut, calon presiden nomor urut 1 itu sempat menyebut bahwa penjelasan tentang kebijakan apa pun akan sulit diterima para pengkritik jika mereka melakukannya atas dasar ketidaksukaan atau kebencian.

"Kalau memang benci dan enggak senang, dijelaskan kayak apa ya enggak nyambung," katanya.

2. Indonesia pernah unggul di Asia dalam hal pembangunan jalan tol

Jokowi: Pengkritik Proyek Jalan Tol Tak Paham Teori Ekonomi MakroANTARA FOTO/Zabur Karuru

Jokowi menuturkan bagaimana Indonesia pernah unggul dalam pembangunan jalan tol dibandingkan negara-negara lain di Asia. Di hadapan sekitar 1.500 pengusaha dari berbagai wilayah di Jawa Tengah, Jokowi menceritakan sejarah pembangun jalan tol di Indonesia. 

"Negara lain melihat kita semuanya, Malaysia lihat jalan tol apa sih, manajemennya seperti apa, konstruksinya seperti apa, kelolanya seperti apa. Pada nengok, Malaysia lihat, Thailand lihat, Vietnam lihat, China lihat, Filipina lihat. Lihat semuanya," katanya.

3. Indonesia harus mengejar ketertinggalan infrastruktur

Jokowi: Pengkritik Proyek Jalan Tol Tak Paham Teori Ekonomi MakroANTARA FOTO/Jojon

Pada 1978, Indonesia memulai pembangunan jalan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 50 km. Namun, jika dilihat jumlah keseluruhan jalan tol yang dibangun hingga 2014, Indonesia baru membangun sepanjang 780 km. Ada fase di mana Indonesia justru ketinggalan dalam pembangunan infrastruktur jalan tol.

"Sudah 40 tahun baru 780 km," ujar Jokowi.

Meski demikian, menurutnya, kini Indonesia berusaha mengejar ketertinggalan tersebut dengan mengoptimalkan pembangunan. Ia pun meminta untuk melihat Tiongkok yang dalam periode singkat mampu membangun jalan 280.000 km.

"Kita sampai akhir 2018 sudah 782 km. Akhir tahun ini hitungan kita akan mendapatkan angka 1.854 km."

4. Jokowi menyebut pembangunan tol masih lambat meski sudah kerja pagi-malam-pagi

Jokowi: Pengkritik Proyek Jalan Tol Tak Paham Teori Ekonomi MakroIDN Times/Arifin Al Alamudi

Meski sudah memasang target tinggi dalam pencapaian pembangunan tol hingga akhir tahun ini, Jokowi masih merasa belum cukup cepat dalam mengejar ketertinggalan. Padahal jika Indonesia telah memiliki lebih banyak jalan tol, menurutnya, kecepatan distribusi barang, mobilitas orang akan mampun bersaing dengan negara lain.

"Itu jangan ditepuktangani, karena saya anggap ini masih lambat. Ini masih lambat, meski sudah kerja pagi-malam-pagi, tiga shift," sambungnya.

5. Setelah membangun infrastruktur barulah membangun SDM

Jokowi: Pengkritik Proyek Jalan Tol Tak Paham Teori Ekonomi MakroANTARA/Hanni Sofia

Ia menambahkan jika proyek infrastruktur telah rampung maka langkah selanjutnya adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) secara besar-besaran.

"Jangan sampai kalau yang infrastruktur kita bangun tapi SDM-nya tidak, kita akan masuk pada jebakan middle income trap. Berbahaya sekali," katanya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya