Direktur Pelaksana Bank Dunia terpilih Mari Elka Pangestu bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor. (Dok. Sekretariat Presiden)
Dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects 2020 pada Kamis 16 Juli 2020 lalu, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia jatuh ke nol persen pada 2020.
Ini lantaran pemerintah memberlakukan pembatasan mobilitas untuk menekan laju penyebaran virus corona sehingga memengaruhi banyak sektor. Daya beli masyarakat juga menurun akibat adanya pemutusan hubungan kerja yang terjadi setidaknya sejak Februari lalu. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pun perlu berjuang untuk terus bertahan hidup.
Salah satu sektor yang merasakan dampak pandemik COVID-19 adalah pariwisata. Ini turut merembet ke menurunnya jumlah pendapatan para pelaku sektor tersebut. Bank Dunia mengestimasi bahwa perbaikan ekonomi Indonesia akan berjalan gradual dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil mencapai 4,8 persen pada 2021.
Pada 2022, pertumbuhan baru diperkirakan kembali ke enam persen. Situasi ini terjadi di seluruh dunia.
"Ini merupakan resesi global terdalam, bahkan lebih cepat dari resesi pada 2008," kata Direktur Bank Dunia untuk kawasan Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen.
Di kuartal I 2020, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,97 persen, sangat jauh dibandingkan realisasi kuartal I-2019 yang sebesar 5,07 persen. Angka ini juga jauh dari prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang sempat menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal-I bisa tumbuh 4,5 persen hingga 4,7 persen.