ilustrasi pabrik (unsplash.com/Catgirlmutant)
Meskipun offshoring dikenal menawarkan manfaat finansial, seperti upah tenaga kerja yang lebih rendah, reshoring diklaim mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dengan memperkuat perekonomian negara asal.
Proses tersebut secara langsung menciptakan lapangan kerja di sektor manufaktur, yang pada gilirannya memperkuat angkatan kerja, membantu menekan tingkat pengangguran, dan berkontribusi pada penyeimbangan defisit perdagangan.
Di Amerika Serikat, banyak perusahaan dilaporkan menemukan kenaikan biaya produksi di dalam negeri ternyata tidak signifikan, bahkan seringkali terkompensasi oleh manfaat lain, terutama jika memperhitungkan biaya bea cukai dan pengiriman barang dari luar negeri.
Namun, perusahaan diingatkan reshoring tidak selalu berujung sukses. Jika manajemennya lemah atau kondisinya tidak mendukung, upaya transisi tersebut dapat gagal. Kegagalan sering terjadi karena perusahaan kurang memperhitungkan biaya dan kerumitan perencanaan logistik yang dibutuhkan.
Untuk memastikan keberhasilan, banyak perusahaan memilih untuk menggunakan jasa konsultan spesialis reshoring. Selain itu, meskipun reshoring merangsang ekonomi lokal, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan beberapa produk tetap lebih baik diproduksi di luar negeri.
Hal itu hususnya berlaku pada produk yang bahan bakunya berasal dari negara tersebut, contohnya hasil panen lokal di Indonesia sebaiknya diproses di dalam negeri agar dekat dengan sumbernya.