Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sistem ekonomi sosialis (pexels.com/Photo By)
ilustrasi sistem ekonomi sosialis (pexels.com/Photo By)

Intinya sih...

  • Pemerintah memegang peranan sentral dalam mengendalikan perekonomian.

  • Ideologi Marxisme menjadi landasan utama dalam pembentukan sistem ini.

  • Muncul sekitar abad ke-19 sebagai kritik terhadap sistem kapitalisme di Eropa.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah dengar istilah sistem ekonomi sosialis? Dalam sistem ini, pemerintah memegang peranan sentral dan dominan dalam mengendalikan perekonomian. Tujuan utamanya adalah menciptakan pemerataan kesejahteraan dan pembagian kekayaan yang lebih adil untuk seluruh lapisan masyarakat.

Sekilas, sistem ini terdengar lebih manusiawi dibanding kapitalisme yang cenderung kompetitif dan kepemilikan pribadi. Tapi, bukan berarti tanpa celah, kalau tidak diawasi dengan baik, kekuasaan yang terpusat bisa berubah jadi alat kediktatoran.

Untuk mengetahui lebih dalam terkait sistem ekonomi sosialis, yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Sejarah sistem ekonomi sosialis

ilustrasi sistem ekonomi sosialis (pexels.com/EqualStock IN)

Sistem ekonomi sosialis adalah sistem ekonomi yang menjadikan pemerintah sebagai pihak utama dalam menggerakan dan mengendalikan kegiatan ekonomi. Di mana pemerintah memiliki kekuasaan penuh, mulai dari perencanaan sampai mengambil keputusan.

Sistem ekonomi sosialis muncul sekitar abad ke-19 saat banyaknya kritik dan perlawanan terhadap sistem kapitalisme di Eropa. Ketika itu, kaum borjuis memanfaatkan negara sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi. Sementara para buruh dan pekerja yang semakin tertindas, melakukan demo besar-besaran.

Inilah yang membuat Karl Marx melontarkan kritik terhadap sistem kapitalisme karena dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai sosial. Dari kritik tersebut, lahirlah sebuah ideologi bernama Marxisme yang kemudian menjadi landasan utama dalam pembentukan sistem ekonomi sosialis.

2. Ciri-ciri sistem ekonomi sosialis

ilustrasi sistem ekonomi sosialis (pexels.com/Pramod Tiwari)

Negara yang menganut sistem ekonomi sosialis biasanya ditandai dengan kuatnya peran pemerintah pusat dalam mengelola roda perekonomian. Berikut ciri-ciri sistem ekonomi sosialis.

  • Pemerintah pusat memegang kekuasaan utama dalam mengatur kegiatan ekonomi serta sumber daya.

  • Walaupun pemerintah mengatur perekonomian, semua alat produksi dipandang sebagai milik kolektif masyarakat.

  • Persaingan bebas yang biasanya terjadi di antara pelaku usaha tidak berlaku dalam sistem ini.

  • Kesamaan status sosial membuat golongan miskin dan kaya sama-sama berhak mendapatkan keuntungan.

  • Karena bergantung dengan kemampuan produksi, maka jumlah produksi menjadi teebatas.

  • Kesejahteraan masyarakat merata sehingga tidak ada kesenjangan.

3. Kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi sosialis

ilustrasi sistem ekonomi sosialis (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Sistem ekonomi sosialis muncul karena adanya perlawanan terhadap ketimpangan yang muncul dalam sistem kapitalisme. Meski sering dipandang kontroversial, sistem ini bisa memberikan manfaat besar, baik untuk negara maupun rakyatnya. Namun, kekurangan juga tak bisa lepas dari sistem ekonomi sosialis.

Kelebihan:

  • Tersedianya fasilitas-fasilitas yang lebih merata tanpa memandang status sosial.

  • Adanya batasan yang diatur oleh pemerintah, sehingga tidak ada eksploitasi terhadap kaum buruh.

  • Mengurangi teejadinya eksploitasi sumber daya alam.

  • Inflasi dapat ditangani karena pemerintah yang membuat kebijakan.

  • Tidak ada kesenjangan sosial karena meratanya pendapatan.

Kekurangan:

  • Pertumbuhan ekonomi cenderung melambat karena seluruh aktivitas pasar dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah.

  • Jumlah pelaku usaha menurun karena masyarakat kesulitan dalam mengakses dan memiliki sumber daya.

  • Inovasi dan kreativitas dalam berbisnis jadi menurun karena tidak adanya penghargaan langsung atas ide-ide baru.

  • Pengenaan pajak yang relatif tinggi membebani masyarakat.

  • Kepemilikan individu terhadap sumber daya dibatasi atau bahkan tidak diperbolehkan.

  • Pilihan produk dan layanan menjadi sangat terbatas karena minimnya keragaman produksi.

  • Berpotensi adanya penyalahgunaan kekuasaan.

4. Negara penganut sistem ekonomi sosialis

ilustrasi Kota Shanghai, China (pexels.com/Wolfram K)

Tujuan utama sistem ekonomi sosialis adalah menghapus dan mengurangi kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Dengan peran pemerintah dalam mengatur kegiatan ekonomi, maka hak-hak buruh dapat dilindungi. Gak heran kalau beberapa negara masih setia mengandalkan sistem ini demi menciptakan keadilan sosial yang lebih merata.

Korea Utara: Negara komunis ini menggunakan sistem ekonomi sosialis. Ciri khasnya terlihat jelas dari lambatnya perkembangan ekonomi dan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap negara dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Cina: Negara adidaya ini juga pernah menerapkan sistem ekonomi sosialis. Tak seperti Korea Utara, Tiongkok justru berhasil menunjukkan perkembangan ekonomi yang luar biasa. Seiring waktu, negeri tirai bambu ini mulai bertransformasi, terutama setelah melakukan sejumlah reformasi kebijakan penting.

Kuba: Kalau ingin melihat ciri-ciri sistem ekonomi sosialis, Kuba adalah jawabannya. Pemerintah Kuba memiliki kendali penuh atas hampir semua aspek perekonomian, termasuk industri, pertanian, dan distribusi barang. Mereka menggunakan sistem perdagangan terrutup dan membatasi investor asing.

Sistem ekonomi sosialis dikenal sebagai sistem ekonomi yang dimaksudkan karena segala aktivitas ekonominya dikendalikan langsung oleh pemerintah. Di sisi lain, sistem ini juga membawa kekhawatiran terkait penyalahgunaan kekuasaan. Meski menawarkan pemerataan kesejahteraan, sistem ini perlu diawasi agar tidak mengekang kebebasan individu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team