AS Cabut Pembatasan Ekspor Perangkat Lunak Chip ke China

- Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mencabut larangan ekspor perangkat lunak desain chip ke China.
- Pencabutan larangan ekspor software chip ke China berkaitan dengan perkembangan positif dalam perundingan dagang AS-China.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mencabut larangan ekspor perangkat lunak desain chip ke China. Tiga perusahaan besar di bidang ini, yakni Siemens AG, Synopsys, dan Cadence mengumumkan hal tersebut pada Kamis (3/7/2025).
Dilansir dari Anadolu Agency, Synopsys menyampaikan mereka menerima surat dari Biro Industri dan Keamanan AS pada 2 Juli 2025. Dalam surat itu disebutkan, larangan ekspor perangkat lunak ke China yang berlaku sejak 29 Mei 2025 kini sudah dicabut.
1. Perusahaan pulihkan penjualan dan akses ke China

Synopsys mengatakan, mereka masih menghitung dampak larangan ekspor terhadap bisnis, operasional, dan keuangan perusahaan. Sementara itu, Cadence dan Synopsys juga sedang memulihkan akses atas software dan alat yang sebelumnya dibatasi di China.
Siemens EDA, anak usaha Siemens asal Jerman, sudah lebih dulu memulihkan akses penuh ke teknologi yang sempat terdampak larangan tersebut. Juru bicara Siemens menyebut mereka juga melanjutkan penjualan dan dukungan untuk pelanggan di China.
Dilansir dari CNBC Internasional, berdasarkan data TrendForce, Synopsys menguasai 31 persen pasar global perangkat lunak semikonduktor tahun lalu. Cadence ada di posisi kedua dengan 30 persen, lalu Siemens EDA sekitar 13 persen pangsa pasar dunia.
2. Pencabutan larangan terkait perundingan dagang AS-China

Keputusan mencabut larangan ekspor ini berkaitan dengan perundingan dagang antara AS dan China yang menunjukkan perkembangan positif. Pekan lalu, China memberi sinyal kesepakatan gencatan senjata dagang makin dekat, termasuk rencana membuka kembali beberapa jalur teknologi penting.
Pada pertengahan Mei, AS dan China mencapai gencatan senjata dagang di Jenewa. Namun, AS kemudian menghentikan penjualan perangkat lunak desain chip ke China sebagai balasan atas keputusan Beijing memblokir ekspor bahan langka ke AS. Pada awal Juni, pejabat AS dan China bertemu di London untuk membahas tarif, perdagangan, dan pembatasan ekspor.
Dilansir dari CNN Internasional, kesepakatan dagang terbaru mencakup pencabutan larangan ekspor software chip, bahan kimia etana, dan sejumlah komoditas lainnya dari AS ke China. Sebagai imbalannya, China bersedia melanjutkan ekspor bahan langka ke AS.
3. Tarif dagang tetap berlaku meski ada gencatan senjata

Walau larangan ekspor sudah dicabut, tarif dagang tinggi antara AS dan China masih tetap berlaku. Gencatan senjata ini hanya bersifat sementara, berlaku sampai Agustus mendatang.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, tarif AS atas produk-produk China saat ini mencapai sekitar 55 persen. Itu termasuk tarif 10 persen sejak April sebagai tarif resiprokal, lalu 20 persen tambahan atas dugaan keterlibatan China dalam penyelundupan fentanyl ke AS, serta tarif lama yang sudah berlaku sebelumnya.
Trump juga mengumumkan di media sosial, tarif China untuk barang-barang asal AS ditetapkan sebesar 10 persen. Belum jelas apakah tarif itu hanya tarif tambahan sejak April, karena sebelumnya China juga sudah memberlakukan bea masuk sebagai balasan atas isu fentanyl. Saat dimintai komentar, pejabat China tidak membantah pernyataan Trump.