Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menandatangani perjanjian di Gedung Putih pada Senin (20/10/2025) untuk memperkuat pasokan mineral kritis dan tanah jarang. Bahan-bahan tersebut penting bagi produksi ponsel pintar, baterai mobil listrik, hingga perlengkapan militer.
Langkah ini diambil guna mengurangi ketergantungan terhadap China, yang selama ini mendominasi rantai pasok global.
“Dalam waktu sekitar satu tahun dari sekarang, kita akan memiliki begitu banyak mineral kritis dan tanah jarang sehingga kalian tidak akan tahu apa yang harus dilakukan dengan mereka,” kata Trump, dilansir dari Fox Business.
Pernyataan itu menandai ambisi besar AS dalam memperkuat kendali terhadap pasokan bahan mentah strategis.
Perjanjian tersebut menetapkan investasi masing-masing 1 miliar dolar AS (setara Rp16,6 triliun) dari kedua negara dalam enam bulan ke depan untuk mendukung proyek penambangan dan pengolahan mineral seperti neodymium dan litium. Kesepakatan juga mengatur harga dasar bagi produk mineral tersebut agar perusahaan tambang Barat tetap bersaing, mengingat China menguasai 90 persen kapasitas pengolahan tanah jarang dunia.