Sempat Klaim Untung, Kini Garuda Indonesia Mengaku Rugi Rp2,4 Triliun 

Padahal, sebelumnya Garuda klaim untung Rp70 miliar

Jakarta, IDN Times - PT Garuda Indonesia Tbk akhirnya merilis kembali laporan keuangan tahun 2018, yang sudah direvisi. Laporan keuangan itu disampaikan ulang ke publik usai adanya keputusan dari Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) atas laporan. Garuda diputuskan mendapat sejumlah sanksi atas laporan keuangan mereka yang janggal.

Laporan revisi ini pun dirilis maskapai pelat merat untuk menindaklanjuti putusan Bursa Efek Indonesia (BEI). Sanksi yang diberikan BEI kepada Garuda berisi perintah agar laporan keuangan kuartal 1 perseroan disajikan ulang atau melakukan restatement. Lalu, bagaimana hasil laporan keuangan Garuda usai disajikan ulang?

1. Garuda Indonesia ternyata merugi US$175,028 juta

Sempat Klaim Untung, Kini Garuda Indonesia Mengaku Rugi Rp2,4 Triliun IDN Times/Holy Kartika

Berdasarkan penyajian ulang laporan keuangan perseroan yang dirilis melalui keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Garuda Indonesia mencatatkan net loss atau rugi sebesar US$175,028 juta. Apabila mengacu pada kurs Rp14.000, maka angka tersebut setara dengan Rp2,4 triliun.

Padahal sebelumnya, emiten berkode saham GIAA ini melaporkan, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar US$5,018 juta atau setara dengan Rp70 miliar.

Baca Juga: Ada Apa dengan Garuda Indonesia? 

2. Pendapatan usaha lainnya juga disesuaikan

Sempat Klaim Untung, Kini Garuda Indonesia Mengaku Rugi Rp2,4 Triliun IDN Times/Holy Kartika

Kendati begitu, pendapatan usaha perusahaan pelat merah ini tidak mengalami perubahan dari laporan pendapatan yang disajikan sebelumnya, yakni sebesar US$4,37 miliar. Namun, pendapatan usaha lainnya justru berubah menjadi US$38,8 juta dari sebelumnya US$2878,8 juta.

3. Pada kuartal 1 2019 Garuda Indonesia berhasil membukukan laba US$19,73 juta

Sempat Klaim Untung, Kini Garuda Indonesia Mengaku Rugi Rp2,4 Triliun IDN Times/Auriga Agustina

Sementara, pada kuartal I-2019 Garuda Indonesia melaporkan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$19,73 juta, meningkat signifikan dibanding periode sebelumnya yang merugi US$64,27 juta. Dengan pertumbuhan positif maskapai di Q1-2019 tersebut, Garuda Indonesia optimistis tren kinerja maskapai ke depannya akan terus tumbuh positif.

Kinerja positif Garuda Indonesia sepanjang kuartal 1 2019 tersebut turut ditunjang oleh lini pendapatan layanan penerbangan berjadwal sebesar US$924,93 juta, tumbuh sebesar 11,6 persen dibandingkan periode yang sama di kuartal I 2018 sebesar US$828,49 juta. Selain itu, Garuda juga mencatatkan pertumbuhan signifikan pada kinerja pendapatan usaha lainnya sebesar 27,5 persen dengan pendapatan mencapai US$171,8 juta.

"Sejalan dengan membaiknya kinerja Q1 2019 tersebut, kami juga optimistis hal tersebut berlanjut hingga Q2 dan Q3 mengingat fundamental perseroan yang semakin membaik. Kami yakin dapat menjaga tren kinerja positif yang kami proyeksikan akan terus berlanjut hingga akhir tahun kinerja 2019", kata Direktur Keuangan Fuad Rizal dalam keterangan resminya, yang diterima pada Jumat (26/7). 

Meski demikian, laporan restatement GIAA pada kuartal 1 mengalami sejumlah penyesuaian, seperti pada indikator aset menjadi US$4,328 juta dari sebelumnya US$4,532 juta.

4. Garuda melalui anak usahanya batal kerja sama dengan Mahata Aero Teknologi

Sempat Klaim Untung, Kini Garuda Indonesia Mengaku Rugi Rp2,4 Triliun ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Sementara itu, sesuai saran dari BPK terkait kerjasama Mahata Aero Teknologi, Citilink selaku pihak yang berkontrak juga telah mengirimkan surat kepada pihak Mahata Aero Teknologi untuk membatalkan kerja sama.

"Citilink selaku pihak yang berkontrak telah mengirimkan surat ke Mahaka untuk membatalkan kontrak sesuai rekomendasi BPK," tuturnya, melalui keterangan tertulis yang dikutip melalui keterbukaan informasi.

Kisruh mengenai laporan keuangan Garuda Indonesia ini berawal dari dua komisaris PT Garuda Indonesia menolak pencatatan laporan keuangan tahun 2018. Penolakan tersebut, terkait kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi dan Citilink Indonesia yang diakui sebagai pendapatan perseroan senilai US$239,940 juta.

Padahal di antaranya sebesar US$28 juta merupakan bagian hasil perseroan yang didapat dari PT Sriwijaya Air, yang tidak dapat diakui dalam laporan tahunan 2018. Apabila tanpa pendapatan dari mitranya tersebut, Garuda akan mengalami rugi sebesar US$ 244,95 juta. Namun, laporan keuangan itu dipoles dan mengesankan Garuda pada 2018 mengalami keuntungan sebesar US$5,018 juta.

Baca Juga: Usai Damai, Garuda Indonesia Ajak Rius Review Fasilitas Maskapai

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya