Sri Mulyani: Periode Terberat, Modal Asing Hilang Rp120 T selama Maret

Terjadi reaksi keuangan irasional penuh tantangan pada Maret

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyam Indrawati menyebut, modal asing yang keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang Maret 2020 yakni sebesar Rp120 triliun. Dia mengatakan periode tersebut merupakan terberat selama adanya pandemik virus corona.

"Bulan Maret kemarin adalah masa yang luar biasa sangat menantang karena eskalasi dan tindakan disebut kepanikan akibat menjalaninya pandemik ini telah menyebabkan reaksi yang sangat irasional di sektor keuangan," katanya dalam RDP bersama Komisi XI DPR secara virtual, Kamis (30/4).

1. IHSG dan rupiah jadi anjlok

Sri Mulyani: Periode Terberat, Modal Asing Hilang Rp120 T selama MaretANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Hal-hal tersebut menyebabkan rupiah sempat anjlok, sehingga BI harus ikut menstabilkan kembali nilai tukar rupiah. Selain itu, IHSG juga mengalami tekanan yang cukup dalam akibat keluarnya arus modal asing yang cukup deras.

Baca Juga: Fakta-fakta Proyeksi Perekonomian Indonesia di Tengah Imbas COVID-19 

2. PMA kuartal I mengalami kontraksi

Sri Mulyani: Periode Terberat, Modal Asing Hilang Rp120 T selama MaretKontraksi ekonomi akibat COVID-19 berdasarkan data Kementerian Keuangan. IDN Times/Arief Rahmat

Kemudian beratnya periode Maret tercermin dari penanaman modal asing (PMA) yang mengalami kontraksi. Pada kuartal-I PMA sebesar Rp92 T atau turun 9,2 persen dibanding kuartal-I tahun sebelumnya.

"PMA yang sangat terdampak adalah negara yang menjadi pusat dari COVID ini yaitu Tiongkok, Singapura yang sampai hari ini juga jumlah tambahan kasus masih sangat besar, dan Jepang," ujarnya.

3. Kerugian ekonomi secara global Rp9 triliun

Sri Mulyani: Periode Terberat, Modal Asing Hilang Rp120 T selama MaretDampak COVID-19 bagi perekonomian Indonesia berdasarkan data Kementerian Keuangan RI. IDN Times/Arief Rahmat

Kendati demikian, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun merata di seluruh negara berkembang. IMF mencatat arus keluar dari aset keuangan di seluruh negara berkembang mencapai 0,4 persen terhadap PDB atau senilai US$100 miliar.

Adapun total kerugian ekonomi secara global akibat disrupsi global mencapai US$9 triliun sepanjang 2020-2021. Nilai kerugian ini setara dengan total PDB dua negara maju, yakni Jerman dan Jepang.

"Jadi artinya, betapa dahsyatnya suatu pandemik dalam waktu singkat kurang dari satu kuartal telah menyapu ekonomi dunia," ujarnya.

Baca Juga: Resesi Ekonomi Global Mengancam, Ini Dampak Buruknya ke Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya