Australia Cabut Larangan Impor Daging Sapi dari AS

- Australia mencabut larangan impor daging sapi AS setelah 10 tahun peninjauan ilmiah dan berbasis risiko.
- Pencabutan larangan ini diprediksi bisa meredakan ketegangan dagang dengan AS, yang sejak April memberlakukan tarif 10 persen atas daging sapi Australia.
- Keputusan ini mendapat beragam tanggapan, dari khawatirnya industri peternakan hingga harapan untuk mempengaruhi kebijakan tarif ekspor AS secara positif.
Jakarta, IDN Times – Australia resmi mencabut pembatasan impor daging sapi dari Amerika Serikat (AS) pada Kamis (24/7/2025), setelah melalui peninjauan ilmiah dan berbasis risiko selama sepuluh tahun. Hasil peninjauan menyebut sistem keamanan pangan AS kini cukup kuat untuk mencegah penyakit atau hama masuk ke Australia. Dengan keputusan ini, berakhir pula aturan biosecurity ketat yang sudah berlaku selama lebih dari dua dekade.
Menteri Pertanian Australia, Julie Collins, menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut.
“Pemerintahan Buruh Albanese tidak akan pernah berkompromi pada biosecurity. Tinjauan Impor Daging Sapi AS telah melalui penilaian ilmiah dan berbasis risiko yang ketat selama satu dekade terakhir,” kata Collins, dikutip dari Australian Broadcasting Corporation.
1. Australia sebelumnya larang daging sapi AS akibat penyakit sapi gila

Larangan impor daging sapi dari AS pertama kali diberlakukan Australia pada 2003 setelah ditemukannya kasus penyakit sapi gila atau bovine spongiform encephalopathy (BSE) di Amerika. Meskipun sebagian pembatasan sempat dilonggarkan pada 2019, daging dari ternak yang berasal dari Kanada atau Meksiko dan diproses di AS tetap tidak diizinkan masuk. Hal ini disebabkan oleh rantai pasok daging sapi di Amerika Utara yang terintegrasi, sehingga Australia menilai produk AS tetap berisiko.
Namun sejak awal 2025, AS telah menerapkan sistem pelacakan ternak yang lebih ketat. Melalui sistem ini, otoritas AS bisa melacak asal-usul hewan secara menyeluruh, guna memastikan tidak ada risiko penyakit pada produk ekspor ke Australia. Perbaikan ini menjadi faktor utama di balik pencabutan pembatasan oleh otoritas Australia.
2. Tokoh oposisi dan industri peternakan beda suara soal keputusan ini

Ketua Partai Nasional, David Littleproud, menyoroti cepatnya keputusan pemerintah mencabut larangan tersebut.
“Ini hanya kecepatan dalam pengambilan keputusan ini … seolah-olah itu telah ditukar untuk menenangkan Donald Trump, dan itu yang tidak kami inginkan,” ujar Littleproud.
Sementara itu, pelaku industri peternakan menyambut baik langkah pemerintah. Will Evans, CEO Cattle Australia, menilai keputusan ini sesuai dengan prinsip perdagangan yang berbasis aturan dan sains.
“Kami harus percaya pada mereka. Kami adalah pendukung global untuk perdagangan berbasis aturan dan ilmu pengetahuan. Sayangnya, dalam situasi ini, itu berarti kami harus membuka pintu yang, sebagai produsen, mungkin tidak ingin kami buka,” kata Evans kepada Radio Nasional ABC.
3. Australia manfaatkan pelonggaran impor untuk tekan tarif ekspor

Pencabutan larangan ini diprediksi bisa meredakan ketegangan dagang Australia dengan AS. Hubungan dagang kedua negara memburuk sejak AS memberlakukan tarif 10 persen atas daging sapi Australia pada April.
Pemerintahan Trump sebelumnya menganggap larangan impor tersebut sebagai hambatan utama dalam hubungan perdagangan, sebagaimana tertulis dalam laporan awal tahun ini. Langkah Australia ini dilihat sebagai respons terhadap keluhan tersebut.
Pada 2024, nilai ekspor daging sapi Australia mencapai 14 miliar dolar Australia, dengan AS sebagai pembeli terbesar, diikuti oleh China. Meski tarif diterapkan, ekspor daging sapi Australia ke AS justru meningkat 32 persen sepanjang 2025, menurut laporan bulan Juni dari Meat and Livestock Australia (MLA).
Australia kini berharap pencabutan larangan dapat dimanfaatkan sebagai tekanan agar AS mengurangi tarif tinggi terhadap baja dan aluminium, serta membatalkan rencana pengenaan tarif 200 persen untuk produk farmasi. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, sebelumnya pernah menyampaikan kritik keras.
“Petani kami diblokir untuk menjual hampir di mana saja. Eropa tidak mengizinkan kami menjual daging sapi, Australia tidak mengizinkan kami menjual daging sapi,” kata Lutnick, dikutip dari SCMP.
Dalam tiga minggu pertama bulan Juli, Australia telah mengirim hampir 25 ribu ton daging sapi dan daging sapi muda ke AS. Angka ini menunjukkan pentingnya pasar AS, yang menghargai daging sapi Australia karena rendah lemak dan memiliki harga yang kompetitif.