Australia Hapus Pembatasan Impor Daging Sapi AS Pascatekanan Trump

- Pencabutan pembatasan impor daging sapi AS dilakukan setelah tekanan dari Presiden AS, Donald Trump.
- Australia melarang impor daging sapi AS sejak 2003 akibat wabah penyakit sapi gila, namun mulai melonggarkan pembatasan pada 2019.
- Industri peternakan lokal merespons positif terhadap keputusan tersebut, sementara oposisi tetap mengkritik langkah tersebut.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Australia secara resmi mengumumkan rencana pencabutan pembatasan impor daging sapi dari Amerika Serikat (AS), pada Kamis (24/7/2025). Langkah ini dilakukan seiring meningkatnya tekanan perdagangan dari Presiden AS, Donald Trump, yang menyoroti kebijakan biosekuriti ketat Canberra sebagai hambatan perdagangan yang tidak adil.
Kebijakan baru ini akan diberlakukan mulai pekan depan dan memperbolehkan impor daging merah yang berasal dari Kanada atau Meksiko dan kemudian dipotong di AS. Ketentuan ini sebelumnya termasuk dalam kategori yang dibatasi setelah Australia melarang impor daging sapi AS sejak 2003 akibat wabah penyakit sapi gila.
1. Alasan pencabutan pembatasan dan tekanan dari AS
Menteri Pertanian Australia, Julie Collins, mengungkapkan pencabutan pembatasan dilakukan setelah melalui kajian ilmiah dan risiko selama satu dekade penuh.
"Review impor daging sapi AS telah melewati evaluasi berbasis ilmiah dan risiko yang sangat panjang," ujarnya, dilansir South China Morning Post. Collins menekankan bahwa pemerintah tidak akan pernah mengorbankan keamanan biosekuriti demi kepentingan dagang.
Pernyataan ini muncul setelah Presiden Donald Trump pada April 2025 menyoroti ketidakseimbangan perdagangan daging sapi antara kedua negara.
"Mereka orang baik, segala sesuatunya baik, tetapi mereka melarang daging sapi Amerika," ujar Trump.
Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 200 persen untuk produk farmasi Australia bila kebijakan tersebut tidak dicabut.
Pada Rabu (23/7/2025), media Australia memberitakan rencana tersebut sebagai bagian dari upaya untuk meredakan potensi perang dagang antara kedua negara, dimana keputusan ini muncul setelah tekanan diplomatik dan ekonomi dari pihak AS.
2. Sejarah pelarangan dan perubahan aturan ketat impor daging sapi AS
Australia sejak 2003 telah mengumumkan pelarangan total impor daging sapi dari AS menyusul ditemukannya kasus penyakit sapi gila (BSE) di Amerika. Selama masa larangan tersebut, hanya daging sapi yang benar-benar dibuktikan berasal, lahir, dan dibesarkan di AS yang boleh memasuki pasar Australia, yang secara praktik sulit diterapkan.
Pada 2019, Canberra mulai melonggarkan pembatasan terbatas yang hanya memperbolehkan daging sapi dari hewan yang seluruh hidupnya dihabiskan di AS. Namun, aturan label asal, serta ketatnya rantai pasok membuat impor tetap sangat terbatas hingga pertengahan 2025 ini.
Pada Kamis (24/7/2025), perkembangan teknologi pelacakan ternak di AS—termasuk untuk ternak yang berasal dari Kanada dan Meksiko—dianggap cukup meyakinkan Australia bahwa risiko penyakit dapat dikendalikan.
“Departemen Pertanian, Perikanan dan Kehutanan puas bahwa langkah pengendalian di AS sudah mampu mengelola risiko biosekuriti,” ujar Collins.
3. Respons domestik dan potensi dampak ekonomi bilateral
Ketua Cattle Australia, Will Evans, menyatakan bahwa industri merasa nyaman dengan keputusan pemerintah dan menilai hubungan dagang dengan Amerika sangat penting bagi masa depan industri peternakan lokal.
“Jelas hubungan dagang dengan AS sangat vital. Kami percaya evaluasi pemerintah berbasis sains dapat dipercaya.” katanya, dilansir BBC.
Sebaliknya, oposisi dari Partai Nasional Australia tetap mengkritik langkah tersebut. Pada Kamis (24/7/2025), David Littleproud, menyatakan kecurigaan bahwa keputusan diambil semata-mata demi menenangkan Presiden Trump.
“Saya ingin melihat sainsnya. Ini tidak boleh cuma jadi alat tawar-menawar demi relasi dagang,” ujarnya.
Menteri Perdagangan Australia, Don Farrell, menegaskan bahwa Australia tidak pernah mengorbankan biosekuriti demi konsesi dagang.
“Perlu waktu sepuluh tahun untuk kajian ini, bukan hasil negosiasi singkat semenjak Trump terpilih,” ungkapnya saat konferensi pers di Canberra, dikutip The Nightly.