Ilustrasi galian tambang batu bara ilegal di Waduk Samboja, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara. IDN Times/Surya Aditya
China sempat dilanda krisis listrik pada September lalu. Banyak wilayah di negara itu mengalami pemadaman listrik besar-besaran dan produksi industri di wilayah-wilayah utama di ekonomi terbesar kedua di dunia itu lumpuh.
The Guardian melaporkan pada Rabu (29/9/2021) bahwa ada sekitar 20 provinsi mengalami krisis sampai tingkat tertentu, dengan pabrik-pabrik tutup sementara atau beroperasi dengan jam kerja yang pendek. Para pemilik toko terpaksa menyalakan lilin di toko mereka, dan ada laporan bahwa jaringan seluler tidak berfungsi setelah pemadaman selama tiga hari melanda tiga provinsi di timur laut.
Krisis energi di negara ini telah terjadi karena serangkaian faktor kompleks yang tumpang tindih. Salah satunya yakni China sedang mencoba mengurangi emisinya untuk menjadi netral karbon pada tahun 2060, namun ekonomi China tertinggal dalam meningkatkan efisiensi energi bahkan ketika produksi batu bara melambat karena adanya peraturan baru.
Selain itu, rebound permintaan barang dari pabrik-pabrik China karena dunia dibuka kembali setelah pandemik COVID-19 telah membuat produksi batu bara tidak dapat memenuhi permintaan energi dari pabrik.