Baru Dibuka, Saham-saham di Bursa Efek Indonesia Langsung Merosot

Jakarta, IDN Times - Pasar saham di dalam negeri masih muram. Ini ditandai dengan 'sambutan' pasar saat perdagangan dibuka Selasa pagi (17/3), di mana Indeks Harga Saham Gabungan langsung merosot.
Saat dibuka pukul 09.00 WIB, IHSG langsung berada di angka 4.584,287 atau turun 106,37 poin dibandingkan penutupan Senin sore yang masih bertengger di angka 4.690,657.
Penurunan indeks ini masih terimbas pasar saham dunia yang juga berguguran, terutama Wall Street yang menukik tajam setelah langkah-langkah stimulus yang dilakukan negeri Paman Sam tidak mampu menghilangkan kekhawatiran akan wabah virus corona.
1. Corona bikin pasar saham Amerika terhempas
Kekhawatiran terhadap wabah virus corona semakin meningkat di dunia. Pasar saham Amerika merosot tajam. Wall Street menukik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan indeks Dow Jones anjlok hampir 3.000 poin.
Langkah-langkah stimulus baru dari Federal Reserve gagal menenangkan pasar. Indeks Dow Jones Industrial Average terperosok 2.997,10 poin atau 12,93 persen, dan ditutup pada 20.188,52 poin.
Indeks S&P 500 jatuh 324,89 poin atau 11,98 persen, menjadi berakhir di 2.386,13 poin dan indeks Komposit Nasdaq ditutup anjlok 970,28 poin atau 12,32 persen, menjadi 6.904,59 poin.
Xinhua seperti dikutip Antara mencatat, semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir secara signifikan lebih rendah, dengan sektor real estat tersungkur 16,55 persen, mewakili kelompok berkinerja terburuk.
2. Trump sempat sampaikan virus corona bisa berlangsung berbulan-bulan
Indeks-indeks utama jatuh ke posisi terendah mereka di sesi akhir setelah Presiden Donald Trump mengatakan wabah COVID-19 bisa berlangsung selama berbulan-bulan dan ekonomi AS bisa menuju ke resesi.
Dalam briefing di Gedung Putih pada Senin (16/3), Presiden Trump juga mempertahankan harapan bahwa ekonomi akan mengalami rebound kuat setelah wabah berhasil dikendalikan. Pernyataan itu muncul setelah Wall Street memulai pekan baru dengan aksi penjualan brutal.
Perdagangan dihentikan selama 15 menit tidak lama setelah bel pembukaan karena aksi jual yang tajam memicu pemutus sirkuit. Ini adalah ketiga kalinya pemutus sirkuit atau penghentian perdagangan diterapkan sejak pekan lalu.
3. The Fed memangkas suku bunga acuannya
Dalam pengumuman yang mengejutkan, Federal Reserve AS pada Minggu (15/3) memangkas suku bunga acuan sebesar poin persentase penuh mendekati nol dan berjanji untuk meningkatkan kepemilikan obligasi setidaknya US$700 miliar di tengah meningkatnya kekhawatiran atas wabah COVID-19.
Pemotongan 100 basis poin datang hanya kurang dari dua minggu setelah langkah antarpertemuan sebelumnya, yang memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, gagal menenangkan kegelisahan pasar.
"Pedagang bereaksi hari ini dengan kaget, seperti, 'Jika mereka melakukan semua itu, semuanya pasti sangat buruk,'" Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial.
Langkah terbaru The Fed menyusul pernyataan darurat nasional Trump pada Jumat (3/3), yang telah membuka US$50 miliar dalam bantuan federal untuk membantu memerangi penyebaran COVID-19 di seluruh negeri.
Pengumuman The Fed dan Trump adalah bagian dari eskalasi yang lebih luas dari respons global terhadap epidemi COVID-19, yang melibatkan kebijakan fiskal dan moneter.