Jakarta, IDN Times - Laporan Annual Members Survey (AMS) 2024–2025 menyebutkan adopsi fintech di Indonesia terus meningkat pesat, tetapi masih dihadapkan pada tantangan literasi dan kepercayaan publik.
Adapun sekitar 70–80 persen pengguna fintech masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan mayoritas berasal dari kelompok berpendapatan menengah (Rp5–10 juta per bulan), sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah (Rp0–5 juta) dan wilayah non-Jawa masih tertinggal dalam akses layanan keuangan digital.
Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) membuka rangkaian Bulan Fintech Nasional (BFN) 2025 dengan tema “Kolaborasi Tanpa Batas: Transformasi Fintech dalam Mewujudkan Ekonomi yang Inklusif," guna mempertemukan regulator, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya.
Melalui kolaborasi ini, BFN diharapkan memperkuat inklusi keuangan digital, menegaskan peran fintech sebagai enabler pertumbuhan ekonomi riil, sekaligus menjawab tantangan perekonomian nasional melalui inovasi yang berintegritas, berdampak, dan berpihak pada masyarakat luas.
Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir menegaskan peluncuran BFN 2025 bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi momentum nyata bagi Indonesia untuk memperkuat kedaulatan digital dan menjadikan fintech sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
“Di sektor fintech, Indonesia harus memimpin, bukan mengikuti. Melalui kampanye nasional #FintechAmanTerpercaya sepanjang BFN 2025, kami berkomitmen membangun layanan keuangan digital yang tumbuh karena dipercaya, bukan hanya karena populer. Tanpa kepercayaan, fintech hanya teknologi. Dengan kepercayaan, fintech menjadi kekuatan bangsa,” ujar Pandu di Wisma Danantara, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
