Ilustrasi kenaikan harga emas (freepik.com)
Sementara itu, seperti dilansir dari Kitco News, Analis Senior EMEA di World Gold Council, Krishan Gopaul, mengungkapkan bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia masih aktif menambah cadangan logam mulia, meskipun harga emas terus meningkat.
“Bank-bank sentral menambahkan cadangan emas global bersih sebesar 15 ton pada bulan Agustus, berdasarkan data yang dilaporkan oleh IMF dan masing-masing bank sentral,” tulis Gopaul dalam pembaruan terbarunya dari World Gold Council (WGC).
Dalam laporannya, Gopaul menyebut Bank Indonesia merupakan salah satu dari sedikit bank sentral yang melakukan penjualan emas batangan dalam beberapa bulan terakhir. Volume penjualan oleh BI diperkirakan sedikitnya mencapai lebih dari 10 ton. Informasi tersebut diperoleh dari data IMF dan laporan resmi masing-masing otoritas moneter.
Tren penjualan ini, menurut Gopaul, terjadi di tengah lonjakan harga emas global yang terus menembus rekor sepanjang 2025. Kondisi ini membuat sebagian bank sentral bersikap lebih hati-hati dalam menambah cadangan mereka. Harga yang tinggi dianggap kurang ideal untuk pembelian baru, terutama dalam konteks pengelolaan cadangan devisa yang berorientasi pada stabilitas.
“Seperti yang telah kami catat sebelumnya, kenaikan harga emas yang mencetak beberapa rekor tertinggi sepanjang tahun ini membuat sejumlah bank sentral lebih berhati-hati dalam melakukan pembelian,” imbuhnya.
Meski demikian, Gopaul menambahkan harga emas yang tinggi juga dapat menjadi pemicu bagi sebagian bank sentral untuk melepas sebagian cadangannya. Penjualan tersebut bisa menjadi strategi likuidasi untuk mendukung kebijakan fiskal atau moneter domestik.
“Faktanya, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa sejumlah bank sentral tetap aktif meningkatkan eksposur terhadap emas, terlepas dari pergerakan harganya,” jelasnya.