Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Media briefing Bank Indonesia (BI) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • BI proyeksikan The Fed hanya akan pangkas suku bunga acuan FFR satu kali tahun ini, akibat inflasi tinggi dan kebijakan Trump terhadap tarif impor.
  • Insentif pajak Trump bisa meningkatkan permintaan dan defisit fiskal AS, berdampak pada kenaikan imbal hasil obligasi AS.

Banda Aceh, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memproyeksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (the Fed) hanya akan memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) satu kali tahun ini.

“Kita berpikirkan ke depan FFR akan cut 1 kali di 2025, ini yang dilakukan di semester II,” kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya dalam media briefing di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025).

Hal itu disebabkan inflasi tinggi yang membayangi Amerika Serikat (AS) seiringan dengan kebijakan-kebijakan Presiden AS, Donald Trump, terutama penerapan tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan China.

“Tentunya akan membuat inflasi AS yang tadi dari sisi demand juga akan semakin tinggi, dari sisi tarif juga akan membuat inflasi AS lebih tinggi,” tutur Juli.

1. Insentif pajak dari Trump bisa kerek inflasi

Donald Trump (youtube.com/EL PAIS)

Kebijakan kedua adalah insentif pajak yang ditawarkan oleh Trump. Juli mengatakan, insentif pajak bisa meningkatkan permintaan, dan juga menimbulkan defisit pada fiskal AS, sehingga meningkatkan kebutuhan pembiayaan. Hal ini berdampak pada kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS.

Tax ini implikasinya dua, karena dia mendorong pertumbuhan ekonomi ya tentunya juga akan meningkatkan inflasi. Tetapi di sisi lain karena dia memotong tax berarti defisitnya meningkat yang berarti harus melakukan pembiayaan lebih besar,” ucap Juli.

2. Deportasi tenaga kerja ilegal juga picu inflasi

Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat. (unsplash.com/Kristina Volgenau)

Trump juga akan memperketat pasar tenaga kerja AS, dengan mendeportasi tenaga kerja ilegal. BI melihat, kondisi ini bisa memicu inflasi di Negeri Paman Sam tersebut.

“Jadi dimana new administration ini akan melakukan deportasi atau pengetatan terhadap tenaga kerja ilegal. Dan ini dampaknya adalah pengetatan tenaga kerja di Amerika Serikat. Ini juga implikasinya adalah meningkatkan inflasi,” tutur Juli.

3. Proyeksi penurunan suku bunga acuan AS berubah

ilustrasi uang dolar Amerika (IDN Times/Mela Hapsari)

Dengan faktor-faktor tersebut, peluang penurunan FFR pun berubah, bahkan diperkirakan hanya akan dilakukans satu kali tahun ini.

“Di sini kita bisa lihat perubahan prospek penurunan FFR seperti apa gitu. Kita berpikirkan juga di Bank Indonesia akan lebih sedikit atau lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan semula,” kata Juli.

Editorial Team