Trump Dilantik, OJK: Ekspektasi The Fed Pangkas Suku Bunga Tidak Ada

- Proyeksi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed tidak akan terwujud
- Kinerja ekonomi AS yang kuat berdampak pada peningkatan inflasi nasional
Jakarta, IDN Times - Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae mengatakan, proyeksi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) tahun ini tidak akan terwujud.
“Jadi, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memotong suku bunga acuan itu mungkin nyaris tak ada. Paling cepat (pemangkasan suku bunga) perkiraannya barangkali dilaksanakan pada Juli (tahun ini),” ujar Dian dalam acara CEO Forum 2025 yang digelar Perbanas dan IBI di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta (Rabu (22/1/2025).
Sebagai catatan, the Fed telah memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dengan total 100 basis poin pada 2024 menjadi berada di level 4,25 persen-4,50 persen.
1. Ekonomi AS yang kuat picu naiknya inflasi AS

Dian menjelaskan, ketidakpastian global masih menjadi hal yang harus diwaspadai semua pihak. Apalagi kuatnya kinerja ekonomi negeri Paman Sam saat ini, yang semakin menguat setelah pelantikan presiden ke-47 AS, Donald Trump, baru-baru ini. Kinerja ekonomi yang solid tersebut akan berdampak pada peningkatan inflasi nasional.
"Kemungkinan juga tingkat suku bunga juga kelihatannya agak berat diturunkan karena kemungkinan besar juga karena melihat perkembangan ekonomi di Amerika nampaknya malah performance ekonomi Amerika kan sangat luar biasa sehingga inflasi itu diperkirakan juga akan meningkat di Amerika," tuturnya.
Menurut dia, situasi global dan situasi domestik ini makin memiliki tantangan, mulai dari kondisi volatilitas geopolitik dan juga geoekonomi yang akan berpengaruh pada perekonomian dalam negeri.
"Tentu kemarin Presiden Amerika Serikat baru saja dilantik dan sudah langsung keluar dengan segala jenis kebijakan yang surprising to everyone," ucapnya.
2. Pertumbuhan ekonomi diproyeksi tetap stabil

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih baik dan diperkirakan akan berada dalam kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen, dan akan meningkat pada 2026 menjadi kisaran 4,8 persen sampai 5,6 persen.
“Kami optimis bahwa Indonesia bersatu, bersinergi tidak hanya stabil tetapi juga tumbuh lebih tinggi di tengah gejolak global geopolitik yang terus berlanjut. Kita tetap waspada terhadap berbagai gejolak global tetapi kita harus membangun optimisme untuk bersama kita maju ke depan,” ucap Perry Warjiyo dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2024, Rabu (22/1/2025).
3. Inflasi diperkirakan tetap pada kisaran target pemerintah dan BI

Inflasi pada 2025 diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran target 2,5±1 persen. Stabilitas nilai tukar rupiah konsisten dijaga dan pertumbuhan kredit ditargetkan berada pada kisaran 11-13 persen.
Perry menegaskan, kebijakan BI terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu kebijakan moneter dijalankan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
BI konsisten meningkatkan likuiditas bagi perbankan salah satunya dengan menjalankan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial sebesar Rp295 triliun ke sektor-sektor prioritas. Dana ini sudah disalurkan kepada perbankan untuk sektor-sektor prioritas.
“Kami terus dorong digitalisasi di bidang ekonomi keuangan, mikro maupun juga untuk transaksi keuangan pemerintah, dan kebijakan-kebijakan yang lain,” kata Perry.