Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Ilustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah melemah ke level Rp14.945 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Jumat (26/5/2023) pagi.

Mata uang Garuda, tercatat menguat 8 point atau 0,05 persen, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (25/5/2023), di mana rupiah melemah pada level Rp14.953 per dolar AS.

1. Data ekonomi AS membaik, rupiah masih berpotensi melemah

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan pergerakan rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS. Ini tercermin dari index dolar AS yang terlihat menguat di area 104, dari sebelumnya bergerak di kisaran 103.

"Penopang penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya adalah rilis data PDB AS kuartal pertama yang direvisi naik ke 1,3 persen dari sebelumnya 1,1 persen. Data klaim, tunjangan pengangguran mingguan AS, juga dirilis lebih bagus dari perkiraan," ucapnya kepada IDN Times, Kamis (25/5/2023). 

2. Suku bunga The Fed berpotensi dinaikkan

Menurutnya berbagai data ekonomi AS yang membaik, dapat menjadi alasan bagi Bank Sentral AS, untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, bahkan bisa menaikannya lagi.

Pada awal Mei ini, The Fed telah meningkatkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis point. Kenaikan ini, membawa suku bunga The Fed berada pada level  5 sampai 5,25 persen. Tingkat suku bunga acuan itu menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 16 tahun terakhir.

Selain itu, kesepakatan kenaikan batas utang AS yang belum juga tercapai, padahal sudah hampir mendekati deadline utang menjadi default.

"Kondisi ini, meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar sehingga sebagian pelaku pasar memilih masuk ke aset aman dollar AS," ungkapnya. 

3. Proyeksi posisi rupiah sore nanti

Sementara itu terakit sentimen positif dari dalam negeri, kata Ariston, berasal dari keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuannya, pada level 5,75 persen. BI juga memberikan sinyal belum akan memangkas suku bunga acuan dalam (waktu dekat). 

"BI memberikan indikasi belum akan memangkas suku bunga acuannya, karena BI melihat suku bunga acuan the Fed belum akan turun. BI juga mewaspadai ketidakpastian global yang meningkat yang bisa memberikan tekanan ke rupiah," tegasnya. 

Dengan kondisi dinamika global dan sentimen dalam positif dalam negeri, Ariston memperkirakan rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15 ribu per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp14.900 per dolar AS. 

Editorial Team