Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria mengerjakan bisnis sampingan (pexels.com/Kampus Production)

Intinya sih...

  • Mulai dari yang sesuai dengan minat dan keahlian

  • Pilih model bisnis yang fleksibel

  • Manfaatkan waktu secara cerdas

Memulai bisnis sampingan seringkali terdengar seperti mimpi yang sulit diwujudkan bagi kamu yang sudah bekerja penuh waktu di kantor. Jadwal yang padat, tuntutan pekerjaan, dan minimnya waktu luang membuat banyak orang menunda keinginan ini. Padahal, memiliki usaha sampingan bukan hanya soal penghasilan tambahan, tapi juga bisa membuka jalan menuju kemandirian finansial.

Kabar baiknya, kamu tetap bisa membangun bisnis di tengah kesibukan kerja, asal tahu strategi dan langkah awal yang tepat. Artikel ini akan membahas sembilan cara cerdas dan realistis untuk memulai usaha sampingan tanpa harus mengorbankan pekerjaan utama. Yuk, mulai dari langkah kecil tapi berarti!

1. Mulai dari yang sesuai dengan minat dan keahlian

ilustrasi wanita mengerjakan bisnis sampingan (pexels.com/Kampus Production)

Langkah pertama yang paling aman dan menyenangkan adalah memilih bisnis yang sesuai dengan minat atau keahlianmu. Misalnya, kalau kamu punya passion di dunia tulis-menulis, kamu bisa mencoba membuka jasa penulisan artikel, membuat e-book, atau membangun blog yang bisa dimonetisasi. Hal ini akan membuat proses membangun bisnis terasa lebih ringan dan menyenangkan, bukan sebagai beban tambahan.

Dengan menjalankan usaha yang kamu sukai, kamu akan lebih tahan banting ketika harus begadang, mengorbankan waktu istirahat, atau bekerja di akhir pekan. Semangat yang muncul dari dalam akan jadi bahan bakar utama ketika hasil belum terlihat secara instan. Inilah alasan kenapa minat dan keahlian bisa menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun bisnis sampingan.

2. Pilih model bisnis yang fleksibel

ilustrasi bisnis makanan pre-order (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Kunci sukses membangun bisnis saat masih bekerja kantoran adalah memilih model usaha yang tidak menyita waktu dan bisa dijalankan secara fleksibel. Contoh yang populer adalah sistem dropshipping, jualan dengan sistem pre-order, atau menjual produk digital seperti desain, e-book, dan kursus online. Model-model ini memungkinkanmu tetap produktif meski tidak selalu hadir secara fisik.

Dengan fleksibilitas yang tepat, kamu bisa menjalankan bisnis kapan saja dan dari mana saja, tanpa harus mengorbankan jam kerja utama. Bahkan, sebagian besar transaksi bisa diotomatisasi dengan bantuan teknologi. Ini akan membuat bisnismu tetap berjalan meskipun kamu sedang rapat di kantor atau terjebak lembur.

3. Manfaatkan waktu secara cerdas

ilustrasi wanita mengerjakan bisnis sampingan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Waktu adalah aset yang paling berharga bagi karyawan yang ingin merintis usaha sampingan. Oleh karena itu, kamu harus bisa membagi waktu dengan cermat. Gunakan pagi hari sebelum masuk kantor, jam istirahat siang, atau malam hari setelah pulang kerja untuk mengurus bisnismu. Tools seperti Google Calendar, Trello, atau Notion bisa membantu kamu menyusun jadwal dan mengatur prioritas.

Namun, penting untuk tetap menjaga performa kerja utama. Jangan sampai semangat membangun bisnis malah mengganggu pekerjaan kantoran. Ingat, reputasi profesional tetap harus dijaga. Maka dari itu, pintar-pintarlah mengatur waktu agar dua dunia ini bisa berjalan berdampingan tanpa saling mengganggu.

4. Gunakan platform digital untuk mempermudah

ilustrasi platform Etsy (unsplash.com/ Oberon Copeland @veryinformed.com)

Di era digital, membangun bisnis sampingan tak lagi harus bermodal besar. Kamu bisa memanfaatkan berbagai platform digital untuk memasarkan dan mengelola bisnismu. Gunakan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, atau Etsy, serta manfaatkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk memperkenalkan produk atau jasamu ke pasar yang lebih luas.

Aplikasi pendukung seperti WhatsApp Business untuk komunikasi, Canva untuk desain visual, dan Google Forms untuk pesanan bisa kamu operasikan langsung dari ponsel. Jadi, meskipun kamu sedang menunggu commuter line atau sedang duduk di ruang tunggu kantor, banyak pekerjaan bisnis tetap bisa kamu selesaikan dengan praktis dan efisien.

5. Jangan takut mulai kecil

ilustrasi pria mengerjakan bisnis sampingan (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang mengurungkan niat memulai bisnis karena merasa belum punya modal besar. Padahal, kamu bisa memulai dari hal-hal kecil. Coba jual produk ke teman kantor, komunitas hobi, atau lewat akun media sosial pribadimu. Ini bukan hanya menghemat biaya, tapi juga jadi ajang untuk belajar dan menguji pasar.

Bisnis besar pun sering dimulai dari proyek iseng atau coba-coba yang kemudian berkembang seiring waktu. Kuncinya adalah konsistensi dan kemauan untuk terus belajar. Jadi, jangan malu memulai dari bawah. Setiap langkah kecil yang kamu ambil hari ini bisa membuka jalan menuju hal besar di masa depan.

6. Delegasikan atau gunakan jasa freelancer

ilustrasi freelancer (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketika bisnis mulai ramai tapi waktu kerjamu masih tersita untuk pekerjaan utama, sudah waktunya mempertimbangkan bantuan dari luar. Kamu bisa menyewa freelancer untuk desain, copywriting, atau pengelolaan media sosial. Bahkan, admin online atau kurir lepas pun bisa sangat membantu untuk operasional harian.

Dengan mendelegasikan sebagian tugas, kamu bisa tetap fokus pada tanggung jawab utama di kantor tanpa mengorbankan perkembangan bisnis. Ini juga bisa menghindarkanmu dari stres berlebihan karena berusaha mengurus semuanya sendiri. Ingat, efisiensi lebih penting daripada mengerjakan segalanya sendirian.

7. Pahami risiko dan jaga etika kerja

ilustrasi wanita mengerjakan bisnis sampingan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Membangun bisnis di sela pekerjaan bukan berarti kamu bebas melakukan apa saja. Sangat penting untuk memisahkan antara waktu kerja dan waktu usaha. Jangan sampai kamu menggunakan fasilitas kantor, jam kerja, atau sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadimu. Ini bisa menimbulkan konflik dan merusak reputasi.

Menjaga etika dan profesionalisme tetap menjadi keharusan, terlebih jika kamu masih berstatus sebagai karyawan aktif. Ketika kamu bersikap jujur, disiplin, dan etis, bukan tidak mungkin atasan atau rekan kerjamu justru menjadi pelanggan atau pendukung bisnis yang kamu rintis.

8. Konsisten evaluasi dan kembangkan

ilustrasi mengevaluasi bisnis (pexels.com/Vlada Karpovich)

Bisnis sampingan tidak akan berkembang jika kamu menjalankannya tanpa arah. Oleh karena itu, penting untuk secara berkala mengevaluasi kinerja bisnismu. Luangkan waktu setiap akhir pekan atau setiap bulan untuk melihat data penjualan, arus kas, efektivitas strategi promosi, dan kepuasan pelanggan.

Dari evaluasi ini, kamu bisa menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Apakah produk perlu dikembangkan? Apakah strategi marketing perlu diperbarui? Evaluasi rutin akan membuat bisnis tetap dinamis dan tidak jalan di tempat. Inilah fondasi dari pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

9. Siapkan dana darurat dan pisahkan keuangan

ilustrasi mengelola dana darurat untuk bisnis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Salah satu kesalahan paling fatal yang sering dilakukan pebisnis pemula adalah mencampuradukkan uang pribadi dengan uang bisnis. Kamu perlu memiliki catatan keuangan yang rapi dan memisahkan dua keuangan ini sejak awal. Gunakan aplikasi keuangan seperti BukuKas, Moota, atau bahkan Excel untuk mencatat semua pemasukan dan pengeluaran.

Selain itu, jangan lupa menyiapkan dana darurat untuk mengantisipasi kemungkinan tak terduga, seperti penurunan penjualan atau kebutuhan operasional mendadak. Dengan fondasi keuangan yang sehat dan disiplin, bisnismu akan lebih kuat dan bertahan dalam berbagai kondisi.

Membangun bisnis sampingan bukan hal yang mustahil, bahkan bagi kamu yang sibuk bekerja kantoran. Dengan strategi yang tepat, manajemen waktu yang cerdas, dan komitmen yang kuat, kamu bisa merintis usaha kecil yang berpotensi besar. Ingat, semua bisnis besar pun dimulai dari satu langkah kecil—dan langkah itu bisa kamu ambil hari ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian