Pemimpin Uni Eropa dan Pemimpin Tiongkok saat pertemuan KTT Uni Eropa-Tiongkok 2019 di Brussels. (Instagram.com/eucouncil)
Dalam lima tahun terakhir, sikap UE terhadap Beijing telah mengeras. Mereka memandang China sebagai mitra potensial di beberapa bidang, namun di sisi lain sebagai pesaing dan saingan sistemik. Akan tetapi, anggota UE tidak satu suara dalam hal tarif kendaraan listrik.
Jerman, sebagai ekonomi terbesar di blok itu dan produsen mobil utama, menentang tarif tersebut. Berlin mendukung negosiasi Uni Eropa yang sedang berlangsung dengan China dan berharap adanya resolusi diplomatik, guna meredakan ketegangan perdagangan sekaligus melindungi industri UE.
Para produsen mobil Jerman telah mengkritik keras tindakan UE tersebut. Sebab, ini menyadari kemungkinan bea masuk impor yang lebih tinggi dari China terhadap kendaraan berbahan bakar bensin bermesin besar akan sangat memukul mereka.
Langkah itu diambil di tengah aksi ribuan pekerja industri Jerman, termasuk di produsen mobil, melakukan aksi mogok untuk menuntut kenaikan upah dengan Volkswagen baru-baru ini akan mengumumkan penutupan pabrik di dalam negeri untuk pertama kalinya dalam 87 tahun sejarahnya, Reuters melaporkan.
Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, mengatakan UE sedang menuju 'perang dingin ekonomi' dengan China. Sementara itu, asosiasi mobil PFA Prancis menyambut baik bea masuk tersebut dan mendukung perdagangan bebas selama itu adil.
Kendaraan listrik telah menjadi pemicu konflik dalam sengketa perdagangan yang lebih luas mengenai pengaruh subsidi pemerintah Negeri Tirai Bambu terhadap pasar Eropa di tengah meningkatnya ekspor teknologi hijau China ke blok Eropa tersebut.