Kepala Badan Pengelola (BP) BUMN, Dony Oskaria. (IDN Times/Triyan).
Sebagai informasi, total utang kereta cepat mencapai Rp120,38 triliun. Sebesar 75 persen modal proyek itu dibiayai oleh China Development Bank (CDB) dengan bunga 2 persen per tahun.
Untuk membayar utang proyek tersebut, Danantara mengajukan bantuan dari pemerintah pusat agar bebannya dibagi dengan APBN.
Namun, Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa tak mau APBN digunakan untuk membayar utang proyek Kereta Cepat Whoosh.
Sementara itu, Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria mengatakan pemerintah akan membentuk tim khusus untuk penyelesaian proses restrukturisasi utang Whoosh. Tim itu akan melibatkan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan.
“Nanti akan ada tim, nanti dengan Pak Luhut. Kalau kami (Danantara) lebih ke sisi korporasi. Kami terus bernegosiasi,” ujar Dony di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Dia menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir soal utang kereta cepat karena keberadaan Whoosh telah memberikan banyak manfaat, terutama dalam sektor transportasi.
“Yang perlu dikomunikasikan kepada masyarakat, tidak perlu khawatir. Whoosh ini memberikan banyak manfaat, terutama di bidang transportasi,” ujar Dony.
Dony menjelaskan, saat ini Whoosh melayani sekitar 20 ribu hingga 30 ribu penumpang per hari. Ke depan, kualitas layanan Whoosh akan terus ditingkatkan.
“Untuk penyelesaian keuangan, menurut saya itu hanya salah satu opsi. Yang paling penting adalah masyarakat tahu bahwa secara operasional, KCIC sudah membukukan hasil positif,” ujar Dony.