Kebangkrutan VOC Jilid 2.0: Jiwasraya

Apakah Jiwasraya akan jadi VOC bagi Republik Indonesia?

Orang Budha percaya reinkarnasi. Itu sebabnya bunuh diri banyak terjadi di Jepang. Mereka pikir akan cepat menjelma kembali sesuai karma mereka. Bagaimana dengan korporasi dan atau institusi negara yang sudah bangkrut? Apa bisa bangkit lagi? Dengan ganti nama, atau beda wadah, tapi kisah riwayat hidupnya sekedar daur ulang dari kisah zaman dahulu terulang dengan skenario sama tapi beda oknum pelaku dan nama institusi atau korporasi yang terlibat.

Dalam sejarah ekonomi pascaabad pertengahan maka Indonesia mengalami masa unik interaksi dengan Belanda. Suatu entitas baru yang disebut compagnie (kompeni) lahir 20 Maret 1602 berupa suatu badan usaha yang diberi hak monopoli perdagangan hasil bumi Nusantara bernama VOC Verenigde Oost Indische Compagnie.  Ini mengacu pola East India Company oleh Ingggris 1600.

Korporasi penguasa ekonomi Nusantara ini akan survive hampir 2 abad dan bubar bukan karena dikalahkan oleh penguasa tradisional Nusantara yang dikelola dengan strategi devide et impera. Kerajaan Mataram pecah jadi 3 pada 1755 dan 1757 jadi Kesunanan Surakarta, Kesultanan Yogjakarta dan Mangkunegaran  VOC survive menghadapi pergolakan lokal lain diseluruh Nusantara.

VOC justru akan bubar karena korupsi dan akronimnya diplesetkan menjadi Vergaan Onder Corruptie (bangkrut karena korupsi). VOC mewariskan utang 136,7 juta gulden kepada Kerajaan Belanda karena modalnya hanya 6,4 juta gulden atau US$2,3 juta waktu itu. Ini merupakan suatu korporasi dagang terbesar didunia.  

1795 Prancis dibawah Napoleon menyerbu dan menduduki Amsterdam membentuk Republik Batavia yg menasionalisasi VOC pada 1 Maret 1796 dan membiarkan izinnya habis 31 Desember 1799 dan bubarlah VOC

Belajar dari salah ketergantungan kepada monopoli Pemerintah Belanda, meliberalkan ekonomi Hindia Belanda dengan merangsang kompetisi perusahaan swasta. Lahirlah cikal bakal perbakan, asuransi, perkebunan, industri manufaktur dan aneka jasa berskala ekonomi yang menopang posisi Belanda sebagai imperium ekonomi global Pax Neerlandica abad XVII-XVIII pasca penjarahan harta karun Amerindian oleh Pax Hispanica emperium Spanyol abad XVI.

25 tahun setelah VOC bubar, Belanda mendirikan suatu perusahaan dagang berakala VOC dan mirip sogo shosha Jepang Mitsui Mitsubishi, bernama NHM Nederlansche Handel Maatschappij. Inilah cikal bakal Bank Mandiri sekarang . Pada 1828 didirikan De Javasche Bank yang akan menjadi cikal bakal bank sentral kita, Bank Indonesia. Pada 1853 Menyusul Nationalie Hansdelsbank cikal bakal Bank Bumi Daya yang juga merger ke Mandiri.

Enam tahun setelah VOC bubar, berdirilah Nillmij perusahan asuransi jiwa pertama di Hindia Belanda. Cikal bakal Jiwasraya yang kemudian melanjutkan Nillmij yang dinasionalisasi tahun 1957. Escomptobank yang didirikan 1867 juga akan dinasionalisasi pada 1957 yang merupakan tahun pengambilalihan seluruh perusahaan milik Belanda yang akhirnya juga akan dimerger menjadi Bank Mandiri. Sebelumnya, pada 1845, perusahaan asuransi kerugian pertama cikal bakal Jasindo, sudah lebih dulu berkiprah bisnis 14 tahun sebelum lahirnya Nillmij 31 Desember 1859.

Ironis tragis bahwa sekarang ini pada usia 124 tahun atau 50 tahun lebih tua dari Republik Indonesia, Jiwasraya akan kembali bernasib seperti VOC 1799. Karena korupsi direksinya, Jiwasraya terperoksok kejurang insolvency, gagal bayar. Salah investasi yang bahkan merusak citra dan reputasi BUMN dan pemerintah Indonesia karena merugikan ribuan nasabah bernilai trilunan rupiah.  

Krisis seperti ini bisa terjadi di mana saja kapan saja oleh siapa saja termasuk nenek moyang VOC dan Wall Street ketika dilanda krismon AIG dan Lehman Brothers 2008 yang berdampak ke kasus Century di Indonesia.

Ketika merenung tentang Jiwasraya dan membandingkan dengan perjalanan empiris historis krisis dan skandal  global maupun nasional, kita semua harus sepakat bahwa No Men is An Angel. Jangan percaya kepada oknum elite individual, apapun stamboom dan riwayat hidupnya. Sebab, sealim-alimnya dan sebaik-baiknya seseorang, ketika dihadapkan pada kegagalan kebijakan, kesalahan dan kekeliruan manajemen baik disengaja maupun tidak, pada akhirnya memerpukan pengawasan dan seyogyanya peringatan dini terhadap bahaya “kebangkrutan”.

Indonesia telanjur mengalami rezim VOC dan kolaborasi kompeni feodal bergelimang KKN yang bolak balik kambuh. Setiap penguasa politik apakah Presiden pertama dan kedua semua tergoda untuk merasa “ueber alles” dan memperlakukan negara RI seperti “inventaris keluarga pribadinya”. Dan itu menular sampai ke CEO BUMN mulai dari Pertmina, Bulog, Bank Duta, Jiwasraya dan puluhan, ratusan penguasa kelas bupati, wali kota, gubernur, menteri yang ikut “teladan sejarah” ber-KKN ria ala VOC Mataram.

Dalam diplomasi internasional sekarang ini diperlukan quid pro quo yang canggih dan lihay. Bagaimana anda bargaining dan leveraing dengan lawan diplomasi anda. Kita mengawali eksistensi RI sudah dengan utang US$1,2 miliar pada KMB. 

Setelah itu, ketika negara negara pro AS Barat menikmati Marshall Plan dan bantuan pembendungan komunisme, kita tidak menerima “bantuan AS”. Kita malah gratisan anti komunis, sedang di Vietnam AS harus keluar miliaran dollar dan 50.000 serdadu AS tewas dan tetap kalah terusir dari Vietnam.  Yang menikmati dampak logistik perang Vietnam adalah Korea. Yang dulu juga mengalami perang dan Jepang menikmati dampak logistik perang Korea. Vietnam juga lihai ikut memasok beras pada Perang Terror Bush di Afghanistan Iraq.

Nah Indonesia dalam baraining dengan Barat tidak dapat apa apa  Sekarang justru Presiden Trump mengubah policy AS tidak mau jadi godfather gratisan. Dia berpidato tanpa basa basi bahwa jika Jepang dan Korea mau menimat kehadiran pasukan militer AS di negara mereka maka keduanya harus bayar sesuai tarif profesional. Jepang harus bayar US$8 miliar dan Korea Selatan US$1,2 miliar.

Nah, dalam diplomasi cari investor, Presiden Jokowi sampai curhat bahwa dia sudah capek memayungi Raja Salman tapi investasi dari Arab Saudi kok tidak ada yang besar besaran ke Indonesia, malah ke negara lain. 

Ini suatu pelajaran diplomasi yang kembali pada ucapan utusan AS ke negosiasi RI Belanda menjelang KMB, you are what you are. Anda tidak bisa menggertak sambel, anda adalah diri anda yang sesungguhnya.

Kalau anda kropos seperti Jiwasraya jangan berpretensi jadi VOC. Apalagi VOC yang sudah korup dan gagal serta akan bangkrut karena korupsi. Apakah Jiwasraya akan jadi VOC bagi Republik Indonesia? Elite kita semua jago kandang hanya bisa saling menindas lawan tak berdaya tapi “impoten” dalam quid pro quo, tit for tat. 

Opini by Christianto Wibisono, Ketua Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI)

Baca Juga: Dampak Sistemik dari Gigantiknya Kasus Jiwasraya 

Topik:

  • Anata Siregar
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya