Jakarta, IDN Times – Janet Yellen telah melewati rintangan terakhirnya untuk menjadi Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS). Pada hari Senin (25/1/2021), Yellen mendapatkan dukungan Senat AS untuk menduduki posisi tersebut.
Menurut CNBC, Yellen mendapat dukungan 84 suara, berbanding 15 penolakan dalam pemungutan suara di Senat kemarin.
Dukungan yang diperoleh Yellen di Senat menjadikannya sebagai perempuan pertama yang memimpin Departemen Keuangan AS. Sebelumnya Yellen juga telah menjadi perempuan pertama yang berhasil mengepalai Bank Sentral AS, The Federal Reserve.
Pengesahan Yellen menjadi Menteri Keuangan ini sendiri merupakan kali kelimanya mendapat persetujuan di Senat untuk memimpin lembaga pemerintahan AS.
“Malam ini, Senat dapat memberikan penilaian ekonomi yang sangat penting: Konfirmasi Janet Yellen untuk kelima kalinya dan ketahuilah bahwa dia akan bekerja dengan kita semua untuk membuat pekerja kita, bisnis kecil kita dan semua orang Amerika mulai dari ujung dunia ke ujung dunia lain kembali ke pijakan ekonomi yang kokoh,” katanya.
Pada pekan lalu, Yellen telah melakukan sidang dengar pendapat di hadapan Komite Keuangan Senat. Dalam kesempatan itu, dia memperoleh persetujuan dengan suara bulat dan diyakini akan segera dikonfirmasi menjadi Menteri Keuangan AS dalam pemungutan suara.
Namun, pemungutan suara untuk pengesahannya harus ditunda beberapa hari karena bertepatan dengan perubahan kepemimpinan di AS, di mana Presiden Joe Biden dilantik.
Biden yang memboyong Kamala Haris sebagai wakilnya, dilantik pada 20 Januari lalu. Ia resmi menggantikan presiden AS sebelumnya, Donald Trump.
Yellen menggantikan Steven Mnuchin, yang memegang jabatan Menteri Keuangan selama empat tahun terakhir.
Yellen yang saat ini berusia 74 tahun adalah ekonom Amerika dan mantan ketua Dewan Gubernur Federal Reserve System (The Fed). Dia adalah wanita pertama yang memegang jabatan itu, yaitu dari 2014 hingga 2018.
Saat menjabat sebagai ketua Dewan Gubernur Federal Reserve, Yellen dikenal memiliki pandangan yang sabar dalam hal menaikkan suku bunga, memberikan lebih banyak waktu bagi perekonomian untuk pulih dari Resesi Hebat atau Great Depression, dan meningkatkan lapangan kerja.