Ekonom Proyeksi Neraca Dagang 2023 Capai 35,63 Miliar Dolar AS

Jakarta, IDN Times - Ekonom memproyeksi surplus perdagangan Desember 2023 masih akan berlanjut, meskipun nilainya menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan posisi neraca dagang Desember 2023 diperkirakan mencatatkan surplus 2 miliar dolar AS, tapi turun 0,41 persen dibandingkan November sebesar 2,41 miliar dolar AS.
"Kami memperkirakan surplus perdagangan akan berlanjut di Desember 2023, meskipun dengan nilai yang menurun," kata Josua, Senin (15/1/2024).
1. Neraca dagang 2023 diproyeksi capai 35,63 miliar dolar AS
Josua menjelaskan, neraca perdagangan sepanjang 2023 diperkirakan berkisar 35,63 miliar dolar AS atau lebih rendah dari surplus perdagangan 2022 sebesar 54,46 miliar dolar AS.
Meski harga komoditas relatif stabil di Desember 2023, terutama komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia menunjukkan penurunan, mengindikasikan perlambatan permintaan global.
2. Permintaan global lesu, ekspor turun
Ekspor Desember 2023 diperkirakan mengalami kontraksi -7,61 persen secara tahunan (yoy), dibandingkan dengan bulan sebelumnya (-8,56 persen). Oleh karena itu, kinerja ekspor sepanjang 2023 diperkirakan -11,48 persen yoy, dibandingakan laju pertumbuhan ekspor 2022 yang tercatat 26,05 persen yoy.
"Kenaikan harga batubara di Desember karena peningkatan permintaan musiman selama musim dingin dan harga CPO yang relatif stabil dipengaruhi oleh dampak El Nino di sisi pasokan, permintaan global cenderung melemah. PMI manufaktur di AS dan China terus melemah di Desember 2023. Keduanya mencatatkan indeks di bawah 50," ujar Josua.
3. Impor tumbuh melambat
Sementara itu, kinerja impor diperkirakan akan tumbuh sekitar 0,74 persen yoy, melambat dari 3,29 persen yoy pada November 2023. Secara keseluruhan pada 2023, impor diperkirakan akan menurun lebih rendah daripada ekspor, dengan mengalami kontraksi sebesar -6,35 persen dibandingkan dengan pertumbuhan 21,03 persen yang terjadi pada tahun 2022.
"Kontraksi laju impor lebih rendah dibandingkan dengan ekspor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang terus menguat terindikasi dari PMI Manufaktur Indonesia meningkat dari 51,7 pada November menjadi 52,2 pada Desember 2023," jelas Josua.
Dia menjelaskan peningkatan PMI Manufaktur pada Desember tersebut merupakan tertinggi sejak September 2023, dengan pertumbuhan produksi mencapai puncak dalam empat bulan dan pesanan baru mengalami kenaikan paling signifikan sejak September 2023.
"Kami memproyeksikan transaksi berjalan mengalami defisit kecil sekitar -0,14 persen dari PDB (dibandingkan dengan surplus PDB sebesar 0,98 persen pada tahun 2022)," tuturnya.