Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Ekonomi AS tumbuh 3,8 persen di kuartal II-2025 setelah kontraksi awal tahun.

  • Belanja konsumen yang stabil mendorong pemulihan ekonomi AS

  • Tanda resesi belum muncul dalam waktu dekat meskipun pasar kerja mengalami perlambatan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesEkonomi Amerika Serikat (AS) melonjak 3,8 persen secara tahunan pada kuartal II-2025, menurut laporan final Departemen Perdagangan AS pada Kamis (25/9/2025). Angka tersebut jauh di atas estimasi awal 3 persen dan perkiraan kedua 3,3 persen, menjadi laju terkuat sejak kuartal III-2024.

Dorongan utama berasal dari belanja konsumen yang tercatat lebih kuat dari perkiraan. Belanja konsumen, yang menyumbang dua pertiga perekonomian AS naik 2,5 persen pada kuartal II, melesat dari estimasi sebelumnya 1,6 persen. Penjualan ritel juga mencatat kenaikan 0,6 persen pada Agustus, mengikuti tren serupa pada Juli 2025.

“Data ekonomi tahun ini — terutama dalam beberapa bulan terakhir — sangat beragam, dan ketidakpastian kebijakan ekonomi tetap tinggi sepanjang 2025,” kata analis investasi di eToro, Bret Kenwell kepada CNN.

1. Pemulihan ekonomi setelah kontraksi awal tahun

ilustrasi pembahasan ekonomi negara (pexels.com/Photo By: Kaboompics)

Pertumbuhan pesat ini terjadi setelah ekonomi AS sempat menyusut 0,6 persen pada awal 2025 akibat lonjakan impor sebelum tarif Presiden Donald Trump berlaku. Kontraksi itu menekan Produk Domestik Bruto (PDB), namun penurunan impor dan belanja konsumen yang stabil mendorong pemulihan di musim semi. Bank Federal Reserve Atlanta kini memperkirakan PDB kuartal III tetap solid di kisaran 3,3 persen, dengan proyeksi resmi pemerintah dijadwalkan bulan depan.

Ekonom senior di EY-Parthenon, Lydia Boussour menilai momentum ekonomi tetap kokoh meski kebijakan perdagangan masih menekan.

“Dengan dampak tarif dan ketidakpastian kebijakan yang semakin terlihat, pertumbuhan AS yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi masih di depan mata,” katanya, dikutip dari BBC.

Ia menambahkan, kebijakan tarif agresif serta penegakan imigrasi telah memicu kecemasan soal ketidakmerataan pertumbuhan bagi rumah tangga kelas menengah dan bawah.

2. Pasar tenaga kerja bertahan di tengah tekanan

ilustrasi pekerja pabrik (pexels.com/Tiger Lily)

Meskipun pasar kerja mengalami perlambatan, tanda resesi belum muncul dalam waktu dekat. Kepala Investasi Granite Bay Wealth Management, Paul Stanley menilai revisi PDB terbaru membuktikan ekonomi tetap tumbuh sehat meskipun ketidakpastian tarif sedang memuncak.

“Revisi ke atas PDB pada hari Kamis untuk kuartal kedua mengkonfirmasi bahwa ekonomi tumbuh dengan laju yang sehat, meskipun ketidakpastian tarif mencapai puncaknya selama kuartal tersebut,” tulisnya dalam catatan analis.

Laporan Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (25/9) menunjukkan klaim baru tunjangan pengangguran masih rendah, meski ada kenaikan dari pekerja federal yang terkena PHK. Tingkat pengangguran naik tipis dari 4,2 persen menjadi 4,3 persen pada Agustus, hanya menghasilkan 22 ribu lapangan kerja baru.

“Data PDB dan klaim pengangguran terbaru harus meredakan kecemasan yang dipicu oleh laporan pekerjaan Agustus yang lemah,” kata Bill Adams, kepala ekonom Comerica Bank.

3. Investasi teknologi dan kebijakan moneter dorong pertumbuhan

Ilustrasi AI (pexels.com/Tara Winstead)

Belanja besar pada artificial intelligence atau akal imitasi (AI) oleh perusahaan teknologi terbukti menopang ekspansi ekonomi sepanjang 2025. Data Departemen Perdagangan mencatat investasi peralatan, termasuk komputer dan elektronik, mendekati rekor pada semester pertama.

“Tanpa pengeluaran terkait teknologi, AS akan mendekati, atau berada dalam, resesi tahun ini,” tulis George Saravelos, kepala penelitian Deutsche Bank, dikutip dari NBC News.

Ia menilai kontribusi AI penting, meski kemungkinan tidak bisa bertahan di level tinggi untuk jangka panjang.

Menurut laporan resmi pemerintah, pesanan baru barang tahan lama melonjak 2,9 persen pada Agustus setelah dua bulan penurunan, dipicu permintaan pesawat dan suku cadang. Namun tanpa transportasi, kenaikannya hanya 0,4 persen. Pesanan barang modal non-pertahanan tanpa pesawat, indikator kunci investasi bisnis, juga tumbuh 0,6 persen pada Agustus, sedikit lebih rendah dibanding kenaikan 0,8 persen di Juli.

Federal Reserve memotong suku bunga pada September 2025 untuk menjaga pertumbuhan di tengah pasar kerja yang rapuh dan ketidakpastian tarif. Namun revisi PDB dan data kuat lainnya membuat pasar mulai ragu ada pelonggaran lanjutan.

“Data yang baru dirilis menunjukkan bahwa ekonomi masih berjalan dengan baik, meskipun pertumbuhan lapangan kerja melambat,” tulis ekonom Capital Economics, Alexandra Brown, dalam catatan kepada klien.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team