Ekspor Rokok ke AS Kena Tarif 19 Persen, Ini Respons Bos Djarum

- Volume ekspor rokok ke AS Djarum hanya sekitar satu persen dari total produksi
- Hasil negosiasi perdagangan RI-AS tidak terlalu memengaruhi operasional Grup Djarum secara keseluruhan
- Tarif 19 persen masih bisa dorong ekonomi Indonesia menurut Dewan Ekonomi Nasional (DEN)
Jakarta, IDN Times - Presiden Direktur Djarum Foundation Victor Rachmat Hartono angkat bicara soal dampak kebijakan tarif 19 persen terhadap produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS).
Dia mengakui Djarum turut mengekspor rokok ke AS dan produk tersebut ikut terkena tarif tersebut. Namun, Victor menjelaskan volume ekspor rokok Djarum ke AS sangat kecil, hanya sekitar satu persen dari total produksi.
"Djarum lebih konsentrasi sama Indonesia, ya yang ekspornya itu kan kecil ya, relatif kecil. Jadi ya nggak terlalu berbahaya untuk keuangannya kita," kata dia saat ditemui di Trinity Tower, Jakarta, Sabtu (26/7/2025).
1. Dampak ke lini bisnis lain juga minim

Victor menuturkan selain rokok, tidak banyak lini bisnis Grup Djarum yang berkaitan langsung dengan pasar ekspor ke AS. Jadi, hasil negosiasi perdagangan RI-AS tersebut tidak terlalu memengaruhi operasional Grup Djarum secara keseluruhan.
Menurutnya, tarif impor memang menjadi isu penting bagi sektor-sektor yang bergantung pada ekspor, seperti industri sepatu atau garmen, yang harus bersaing ketat dengan negara-negara seperti Vietnam dan Bangladesh.
"Jadi tarif penting karena lawan-lawannya tarifnya berapa gitu. Kalau kita karena nggak gitu jualan ya oke," paparnya.
2. Hasil negosiasi tetap harus diterima

Menanggapi hasil negosiasi perdagangan antara Indonesia dan AS, Victor menyatakan dia tidak menganggapnya sebagai hasil yang ideal. Meski demikian, dia menegaskan jika itulah hasil yang didapat, maka hal tersebut harus diterima.
"Untuk situasi Indonesia hari ini ya saya rasa udah itu aja ya, saya rasa udah, saya nggak bilang itu ideal ya, cuma kalau dapetnya itu, ya itu," tambahnya.
3. DEN sebut tarif 19 persen masih bisa dorong ekonomi

Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mengungkapkan hasil simulasi ekonomi terkait dampak penurunan tarif tambahan produk Indonesia ke Amerika Serikat dari 32 persen menjadi 19 persen.
Simulasi dilakukan dengan dua skenario utama, yakni tarif tetap tinggi seperti sebelumnya dan tarif diturunkan disertai penyesuaian tarif impor Indonesia terhadap produk dari AS.
Berdasarkan simulasi tersebut, skenario kedua menunjukkan hasil yang lebih positif. Produk domestik bruto (PDB) diproyeksikan meningkat sebesar 0,5 persen, terutama didorong oleh naiknya investasi dan konsumsi.
DEN mencatat penyerapan tenaga kerja diperkirakan tumbuh 1,3 persen, sementara kesejahteraan masyarakat meningkat sebesar 0,6 persen.
Simulasi juga menunjukkan lonjakan investasi hingga 1,6 persen, yang mencerminkan potensi relokasi industri global ke Indonesia, khususnya di sektor-sektor padat karya seperti tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan perikanan.