Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menjelaskan, langkah tarif Trump memberikan tekanan lebih tinggi kepada inflasi AS tahun ini. Ekspektasi inflasi konsumen AS untuk satu tahun ke depan naik menjadi 3,4 persen pada September 2025, tertinggi dalam lima bulan terakhir.
" FOMC minutes menekankan risiko inflasi AS dan pelemahan pasar tenaga kerja masih meningkat sehingga keputusan pelonggaran kebijakan moneter dilakukan dengan hati-hati," ujarnya.
Andry mengatakan, langkah Trump membuat investor kembali risk off terhadap aset Negara Berkembang (EMs). Indeks dolar AS kembali meningkat ke atas level 99 kembali.
Kemudian indeks Dow Futures turun 887 poin menjelang pembukaan pasar saham pada hari Senin. Di sisi lain, US Treasury yield turun ke 4,036 persen sebagai dampak kembalinya capital flows to save haven assets.
Selain itu, sentimen inflasi AS yang meningkat dapat mempengaruhi The Fed dalam menurunkan Fed Funds Rate dan mendorong penguatan DXY dan tekanan pelemahan rupiah ke depannya .
"Sikap The Fed ini mengindikasikan kebijakan gradual easing, bukan pelonggaran yang agresif. Separuh anggota The Fed memperkirakan akan tetap ada dua kali penurunan suku bunga tambahan pada kuartal IV-2025. Market konsensus melihat probabilitas penurunan FFR sebesar 25 bps menjadi 4 persen pada 29 Oktober 2025 sebesar 98,3 persen," tutur Andry.