Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mata uang rupiah (pixabay.com/WonderfulBali)
ilustrasi mata uang rupiah (pixabay.com/WonderfulBali)

Intinya sih...

  • Rupiah melemah karena eskalasi perang dagang AS-China, yang membuat indeks dolar AS turun dan Trump mengancam menambah tarif hingga 100 persen terhadap produk asal China.

  • Tarif Trump memberikan tekanan lebih tinggi kepada inflasi AS tahun ini, dengan ekspektasi inflasi konsumen AS naik menjadi 3,4 persen pada September 2025.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan, Senin (12/10/2025) sore. Rupiah melemah ke level Rp16.573 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda tercatat melemah 3 poin atau 0,02 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.

1. Mata uang di Asia bergerak variatif

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan mata uang di Asia bergerak variatif, dengan rincian

  • Bath Thailand menguat 0,46 persen

  • Ringgit Malaysia melemah 0,11 persen

  • Yuan China melemah 0,04 persen

  • Rupia India melemah 0,08 persen

  • Peso Filipina menguat 0,03 persen

  • Won Korea melemah 0,15 persen

  • Dolar Taiwan melemah 0,38 persen

  • Dolar Singapura melemah 0,11 persen

2. Rupiah melemah karena eskalasi perang dagang AS-China

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengataka rupiah melemah terhadap dolar AS di tengah meningkatnya kekhawatiran atas eskalasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

"Indeks dolar AS sebenarnya tercatat turun cukup tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menambah tarif hingga 100 persen terhadap produk asal China," ujarnya.

3. Tarif Trump beri tekanan ke inflasi AS

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menjelaskan, langkah tarif Trump memberikan tekanan lebih tinggi kepada inflasi AS tahun ini. Ekspektasi inflasi konsumen AS untuk satu tahun ke depan naik menjadi 3,4 persen pada September 2025, tertinggi dalam lima bulan terakhir.

" FOMC minutes menekankan risiko inflasi AS dan pelemahan pasar tenaga kerja masih meningkat sehingga keputusan pelonggaran kebijakan moneter dilakukan dengan hati-hati," ujarnya.

Andry mengatakan, langkah Trump membuat investor kembali risk off terhadap aset Negara Berkembang (EMs). Indeks dolar AS kembali meningkat ke atas level 99 kembali.

Kemudian indeks Dow Futures turun 887 poin menjelang pembukaan pasar saham pada hari Senin. Di sisi lain, US Treasury yield turun ke 4,036 persen sebagai dampak kembalinya capital flows to save haven assets.

Selain itu, sentimen inflasi AS yang meningkat dapat mempengaruhi The Fed dalam menurunkan Fed Funds Rate dan mendorong penguatan DXY dan tekanan pelemahan rupiah ke depannya .

"Sikap The Fed ini mengindikasikan kebijakan gradual easing, bukan pelonggaran yang agresif. Separuh anggota The Fed memperkirakan akan tetap ada dua kali penurunan suku bunga tambahan pada kuartal IV-2025. Market konsensus melihat probabilitas penurunan FFR sebesar 25 bps menjadi 4 persen pada 29 Oktober 2025 sebesar 98,3 persen," tutur Andry.

Editorial Team